June 4, 2010

REVIEW : SEX AND THE CITY 2



The girls are back! (Ooopppsss, girls) Setelah dua tahun lalu sukses menggila di tangga box office dunia, empat sekawan dari serial TV populer yang bermigrasi ke layar lebar kembali mengunjungi fans setianya di tahun ini. New Line Cinema mengucurkan dana yang tidak tanggung - tanggung, sebesar $95 juta, untuk pembuatan sekuel Sex and the City. Dengan bujet sebesar ini, tentu kita mengharapkan sajian yang lebih mewah, meriah dan spektakuler dari Sex and the City 2. Untuk memeriahkan suasana, direkrut kembali empat cast utama serta beberapa cast dari serial TV-nya yang belum sempat tampil di prekuelnya, hadir pula Penelope Cruz, Miley Cyrus dan Liza Minnelli sebagai cameo.

Film dibuka dengan flashback bagaimana Carrie (Sarah Jessica Parker) pertama kali bertemu dengan Charlotte (Kristin Davis), Miranda (Cynthia Nixon) dan Samantha (Kim Cattrall). Setelah Carrie sedikit bernostalgia di akhir tahun 80-an, setting berpindah ke masa kini, tepatnya dua tahun setelah ending film pertama. Carrie telah menikah dengan Mr. Big (Chris Noth), Charlotte menjadi seorang ibu, Miranda adalah wanita karir dan Samantha tetap saja lajang yang menikmati petualangan memburu berondong tampan.

Keempat sahabat ini menjalani kehidupan yang lebih berat dan penuh tekanan. Carrie merasa pernikahannya dengan Mr. Big berada di ujung tanduk setelah keduanya mengalami serangkaian perbedaan pendapat, Charlotte tertekan dalam mengurus dua anaknya yang merepotkan sementara sang suami sepertinya tertarik dengan sang nanny yang gemar memakai kaus tanpa bra, Miranda menghadapi masalah dengan karirnya dan Samantha ketakutan saat menopause mulai datang menghampirinya. Di tengah tekanan yang mereka hadapi, Samantha mendapat undangan bisnis ke Abu Dhabi. Yah, namanya juga Samantha, tak akan menyenangkan perjalanan ini bagi dirinya jika tidak mengajak ketiga sahabatnya untuk turut serta. Alhasil, keempat wanita mapan yang tengah dilanda masalah ini pun terbang dan siap untuk mengguncang Abu Dhabi.

Namun sepertinya masalah enggan pergi dari mereka. Carrie bertemu kembali dengan mantan pacarnya, Aidan (John Corbett) saat berkunjung ke pasar tradisional. Masalah yang dihadapinya dengan Mr. Big membuat Carrie menjadikan Aidan sebagai pelarian. Kebudayaan yang jauh berbeda memaksa mereka menghadapi Culture Clash dimana hal ini merupakan siksaan yang teramat berat bagi Samantha. Bahkan Samantha sempat diseret ke penjara lantaran berbuat mesum di tempat umum!

Sex and the City 2 bertutur tidak jauh berbeda dengan prekuelnya, hanya saja kali ini masalah dibuat sedikit lebih kompleks. Sepertinya Abu Dhabi (syuting dilaksanakan di Moroko, pihak Abu Dhabi tidak memberi ijin syuting bagi kru Sex and the City 2) memang sengaja dijadikan jualan utama film ini. Terlihat dari kurang seriusnya penggarapan di sektor naskah dan Abu Dhabi yang mendominasi di paruh akhir film. Bisa dikatakan paruh pertama film ini berjalan cukup lambat, bertele - tele dan cenderung membosankan. Sex and the City 2 baru bisa saya nikmati setelah keempat sekawan ini menginjakkan kaki di Abu Dhabi. Plotnya teramat dangkal, padahal masalah yang dihadapi para tokoh utama ini lebih kompleks. Tim penulis skenario seakan enggan untuk menggali lebih dalam dan lebih berfokus pada kisah liburan di negeri orang. Untungnya kebosanan saya sedikit tersembuhkan dengan humornya yang lumayan menggelitik. Seperti biasa, tingkah polah dan celetukan Samantha berhasil menyegarkan saya yang sudah mulai terkantuk - kantuk. Karakter Charlotte juga dibuat lebih kocak, terutama saat dia dengan sok tahu berbicara Bahasa Arab padahal hanya mengerti sedikit.

Chemistry diantara keempat pemeran utama terjalin dengan sangat baik, malah bisa dikatakan jauh berkembang dari film pertama. Meski ada selentingan yang mengatakan bahwa hubungan mereka di lokasi syuting tidak berjalan baik, nyatanya hal ini tidak berpengaruh pada hasil akhir. Inilah yang dinamakan profesionalitas, salut! Penelope Cruz dan Miley Cyrus mendapat porsi yang sangat minim sebagai cameo, cenderung mudah dilupakan. Malah Liza Minnelli yang berhasil mencuri perhatian. Perhatikan saat dia membawakan lagunya Beyonce, Single Ladies. sangat enerjik! tak terlihat seperti wanita berusia 60-an. Dari cast pria, semua bermain lumayan bagus. Tak ada yang mencuri perhatian, mungkin pemeran Guarau yang sedikit menonjol.

Sulit rasanya bagi penonton pria untuk bisa menikmati film ini, kecuali fans beratnya. Sex and the City 2 memang ditujukan untuk penonton wanita dan para fans. Namun bukan itu yang membuat saya sebal, karena saya sudah hafal betul bagaimana chick-flick bertutur. Kedangkalan naskah yang digarap oleh tim penulis skenario membuat saya dongkol. Saya tahu film ini ditujukan buat film hiburan di musim panas, tapi bukan berarti naskah bisa digarap seenaknya. Padahal saya mengharapkan konflik yang lebih greget dan nendang dari masalah yang dihadapi empat sekawan. Yang lebih unik lagi, ketimbang sibuk memikirkan lubang naskah, tim penulis malah sibuk mengritik cara berpakaian wanita Muslim di Timur Tengah. Mungkin mereka tidak ada maksud untuk mengritik, namun apa yang mereka sajikan ini telah menyinggung isu yang sangat sensitif. Ah, lupakan saja hal ini dan anggaplah sebagai hiburan semata. Sementara itu, untuk parade fashion, jelas Sex and the City adalah jagoannya. Bagi kalian penikmat fashion mungkin akan betah menikmati film berdurasi 146 menit ini hingga akhir. Secara keseluruhan, Sex and the City 2 sebenarnya cukup menyenangkan untuk ditonton kala senggang. Hanya dibutuhkan mood yang baik dan sedikit pengetahuan mengenai franchise Sex and the City.

Nilai = 5/10

No comments:

Post a Comment

Mobile Edition
By Blogger Touch