February 7, 2014

REVIEW : KILLERS


Setelah bersenang-senang penuh kegilaan dan brutalitas dimana cipratan darah, alat-alat pertukangan terlempar kesana kemari, serta tubuh manusia yang terpotong-potong menjadi pemandangan yang biasa dalam Rumah Dara, The Mo Brothers (Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel) berpisah sejenak dengan Timo melanjutkan imajinasi ekstrimnya melalui salah satu segmen di The ABCs of Death yang berjudul L for Libido dan berkolaborasi bersama Gareth Evans (The Raid) dalam Safe Haven yang tergabung di V/H/S/2. Kini, usai ‘pisah ranjang’, duo sinting tersebut kembali bersatu demi mewujudkan sebuah proyek yang telah didengungkan sejak ibu Dara sukses meneror ratusan ribu penonton di bioskop, Killers. The Mo Brothers tak lagi sekadar bermain-main dengan hidangan ‘mandi darah’ di sini, Killers coba dibawa ke ranah yang lebih serius cenderung melankolis dengan jalinan pengisahan yang lebih dalam, kompleks, dan (tentunya) sinting. Ini adalah semacam pembuktian bahwa dalam rentang waktu empat tahun, keduanya telah menunjukkan perkembangan yang membanggakan di sisi filmmaking; lebih matang, lebih terorganisir, dan lebih berani. 

Killers adalah versi lebih tak berperasaan, lebih gila-gilaan, dan lebih ‘merah’ dari Rumah Dara? Jika itu adalah ekspektasi yang Anda tanamkan untuk film ini, hapus segera. Memang tak sepenuhnya salah karena The Mo Brothers pun masih begitu dermawan dalam menyiramkan darah ke layar dan mempertontonkan manusia dengan kondisi fisik yang remuk tak berbentuk hasil permakan palu (dan konco-konconya), namun ini pun bukan sebuah slasher / gory movie. Timo dan Kimo menggali lebih jauh dalam penjabaran pengisahan dengan mengaplikasikan thriller psikologis yang tidak sekadar mengajak penonton untuk melihat aksi brutal dari para pembunuh berdarah dingin, tetapi juga merasakan dan memahami jalan pikiran mereka. Dengan cara seperti ini, penonton pun lantas dibenamkan ke dalam perasaan yang serba tak nyaman, mengusik, dan mengganggu. Tanda-tanda ini telah dikibarkan oleh The Mo Brothers sejak menit-menit awal yang tak mengenakkan – dan ya, sedikit membuat saya susah untuk bernafas – yang seolah menantang penonton, “apakah kalian berani untuk bertahan hingga akhir atau berakhir sampai di sini saja?.” 

Benar saja, selama 138 menit ke depan, pemandangan yang terhampar di Killers bukanlah untuk mereka yang mudah ngilu terhadap sajian tubuh manusia yang dikoyak sedemikian rupa melebur jadi satu bersama tangisan-tangisan memilukan atau menentang keras film yang memuja kebejatan moral. Ini bukan perjalanan rekreasi yang penuh kesenangan. Bukan. Sepanjang durasi, Anda diseret untuk mengikuti eksplorasi dari si pembuat film untuk menemukan apa yang tersembunyi di dalam pikiran Nomura Shuhei (Kazuki Kitamura), pembunuh berdarah dingin berkedok eksekutif muda bak Patrick Bateman dalam American Psycho, dan sang ‘anak didik’ asal Indonesia, Bayu Aditya (Oka Antara). Di saat Anda berhasil terseret di perjalanan ini semakin dalam, Anda akan mendapati fakta bahwa setiap manusia memiliki jiwa seorang pembunuh. Salah satu bukti yang terhempas keluar adalah tatkala kemungkinan sebagian dari kita bersorak sorai (dalam hati) dan menikmati masa-masa tatkala Nomura dan Bayu tengah memburu korban mereka... atau malah justru berpikir untuk melakukan pembunuhan setelah menyaksikannya. Ada perasaan seperti itu dalam diri Anda saat menyimak Killers

Sekalipun lebih sering bermain-main dengan psikologis manusia, bukan berarti The Mo Brothers sepenuhnya ‘idealis’ dan lupa mengajak Anda bersenang-senang. Dengan cara penyampaian yang cenderung perlahan-lahan tapi pasti, beberapa sentakan pun diselipkan di sejumlah titik demi mempertahankan mood penonton agar tetap stabil hingga menit terakhir. Beberapa yang menjadi pembantu pendogkrak semangat dari Killers adalah pergulatan penuh darah yang mendebarkan di dalam taksi, pertarungan seru di hotel yang dilengkapi dengan kejar mengejar, hingga upaya untuk melawan balik dari setiap korban milik Nomura dan Bayu. Sesekali, ada pula gelak tawa yang berhasil dipicu oleh si pembuat film melalui humor bernada satir – Oh ya, itu interpretasi dari saya – dengan cita rasa yang terbilang aneh. Adanya penggabungan yang selaras antara gelaran adegan yang memicu jantung untuk berdegup kencang, jalinan pengisahan yang mempermainkan emosi dan pikiran penonton, sedikit bubuhan tawa inilah yang menjadi kunci kekuatan dari Killers. Selain itu, sisi teknis (sinematografi, editing, hingga skoring) yang terangkai dengan mengagumkan kian mengangkat film. 

Lainnya? Tentu saja performa gemilang yang ditunjukkan oleh Kazuki Kitamura dan Oka Antara. Killers tidak akan memberi dampak yang kuat kepada para penonton tanpa akting ‘sakit jiwa’ dari duo pemeran utama. Keduanya memerlihatkan transformasi yang cantik dari seorang pria biasa-biasa saja yang sepertinya menyakiti kecoa pun tak sanggup menjadi monster pemburu manusia yang akan dengan suka cita melayangkan palu untuk merias tubuh Anda. Dengan tingkah laku yang cenderung nyeleneh tak terkontrol yang bertemu dengan tatapan mata yang bengis, seolah ada iblis yang mendiami tubuh Kazuki dan Oka – khususnya Kazuki yang terlihat sangat menyeramkan (namun tetap berkelas) ketika kepribadian aslinya sebagai mesin pembunuh mulai menampakkan diri dan terlihat tidak ada beban saat mengayunkan ‘benda-benda favoritnya’.

Exceeds Expectations

6 comments:

  1. Salah satu film thriller yg gila abis, sepanjang film saya berasa "ini serius, akting 2 pemeran utamanya ga main2."
    Untuk yg demen film thriller, kudu coba nonton ini ya.
    Review anda sehati sama saya hehehe

    ReplyDelete
  2. sudah tayang belum gan di bioskop

    ReplyDelete
  3. sebagai seorang penyuka thriller, menurutku, masih sedikit ya muncratan darahnya. tapi entah kenapa aku enjoy banget saat nonton film ini, mungkin karena alur dan akting para aktornya yang sangat mumpuni...

    ReplyDelete
  4. Yup. The Mo Brothers memang mencoba untuk lebih banyak memainkan sisi psikologis penonton di sini ketimbang bermain-main dengan darah. Tapi adegan di taksi itu saya rasa sudah cukup berdarah-darah :)

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch