“Kalo lo udah naro sesuatu di social media, semua orang berhak buat komentar.” - Marko
Ada kesamaan obsesi yang menyatukan Nomura (Kazuki Kitamura) dari Killers dengan Sophie (Alisia Rininta) yang mewakili 7 Misi Rahasia Sophie: keduanya gemar mendokumentasikan aktivitas yang dirasa masing-masing penting lewat kamera genggam, lalu mengunggahnya di situs penyedia video. Dengan persamaan ini, apakah ini berarti... keduanya berjodoh? Oh, tentu tidak! Ketika sang pria dari film sebelah lebih suka memetik popularitas dan kebahagiaan melalui brutalitas, maka Sophie memanfaatkan YouTube sebagai sarana untuk menyebar sebanyak mungkin manfaat bagi para pengakses dunia maya. Pada awalnya, apa yang diunggah oleh Sophie tak lebih dari sekadar tips-tips yang biasanya dapat dengan mudah Anda jumpai melalui tabloid perempuan mingguan. Namun setelah sang sahabat, Marko (Stefan William), melontarkan pernyataan sinis seputar manusia yang mengabdikan hidupnya di dunia unggah dan unduh, Sophie pun merombak total isi kanal yang diasuhnya dengan tujuan untuk membantah pernyataan dari Marko.
Terdengar seperti ringkasan cerita dari sebuah film televisi yang tayang saban hari menemani istirahat siang Anda? Saya tidak menyalahkan Anda jika berpikir demikian karena... saya pun mempunyai pemikiran yang serupa (tapi tak sama). Namun tentu saja itu sebelum saya menyaksikan sendiri film rakitan Billy Christian yang setahun silam mencurahkan segenap tenaganya untuk menghidupkan The Legend of Trio Macan sehingga tak menjelma sebagai film kacangan ini. Yang tidak saya sangka-sangka tatkala menyaksikan 7 Misi Rahasia Sophie adalah betapa film ini mampu terhindar dari predikat ‘seperti film remaja kebanyakan di Indonesia’. Naskah yang digarap secara bersama-sama oleh sang sutradara dan Anggoro Saronto memang tak sempurna dengan meninggalkan penggalian yang kurang mendalam terhadap sejumlah karakter, namun upaya dari si pembuat film untuk tak mengikuti pola basi yang telah berulang kali ditanamkan ke sejumlah film remaja patut diapresiasi.
Sebagai sebuah film yang menyasar pangsa pasar utama remaja usia belasan – khususnya perempuan – Anda tentu tahu bagaimana cara menentukan ekspektasi terhadap 7 Misi Rahasia Sophie. Dalam harapan yang tertanam di diri saya, film terbayang akan menjadi sebuah sajian yang berusaha keras untuk menjadi manis melalui kisah persahabatan menjadi percintaan, lalu emosi dipermainkan melalui guliran yang menye-menye. Salah. Berjalan dengan ritme penceritaan yang terhitung cepat (terkadang malah ada kesan tergesa-gesa), Billy Christian membawa film melalui tahapan tiga emosi: segar jenaka membawa tawa, manis menciptakan salah tingkah, dan mengharu biru mengundang air mata. Ketika saya menduga tahapan kedua akan bertutur tentang teman tapi cinta dengan sosok Imel (Pamela Bowie) mengeruhkan suasana, si pembuat film mengarahkannya ke jalur yang berbeda.
7 Misi Rahasia Sophie menempuh jalur yang dilaluinya dengan cara yang lebih dewasa ketimbang film remaja sejenis. Billy Christian tak membiarkan film panjang keduanya ini hanya berisi hura-hura atau percintaan yang melankolis, namun juga memberikan hati dan kehangatan serta nilai-nilai moral yang olehnya disampaikan secara mengasyikkan tanpa kesan menceramahi. Bersama topangan dari Hani Pradigya yang melensakan setiap gambar yang ditangkapnya dengan cantik, alunan musik Andhika Triyadi yang indah, serta performa yang menawan dari beberapa pemainnya – sebut saja Alisia Rininta, Stefan William, Wulan Guritno, dan Bucek – 7 Misi Rahasia Sophie pun hadir sebagai tontonan tidak hanya jenaka dan manis, tetapi juga menyentuh. It’s a good one.
Acceptable
Hai, postingan yang bagus. Ijin blogwalking ya :-)
ReplyDeleteOiya ada info lomba seru nih, bisa cek ini -> http://pujaputri.blogspot.com/2014/02/mari-mengenal-kampung-fiksi-lebih-dekat.html Makasih sebelumnya :)
bagus postingannya :)mampir ya ke blog ku www.nissamardhiana.co.vu thanks~
ReplyDelete