"Oke deh, cinnnnnnnnn...."
Ntah berapa kali saya mendengar dialog tersebut diucapkan dalam film ini. Memang secara kualitas Arisan Brondong masih lebih baik ketimbang Diperkosa Setan, tapi jangan mengharapkan suguhan tontonan yang berkualitas dari film ini. Yang ada, sepanjang film kita dibuat benar - benar desperate sampai pengen ambil rol film ini buat gantung diri.
Dari 10 menit pertama, saya sudah mencium gelagat busuknya. Kesan pertama yang didapat, "Wow, FTV sekali !." Bener deh, cinnnnnn, Arisan Brondong emang sangat FTV. Yang membedakannya adalah unsur seksualitas di sini lebih kental, meski saya bilang semuanya serba tanggung. Jadi jeleknya nanggung gitu, cinnnnn...
Ntah berapa kali saya mendengar dialog tersebut diucapkan dalam film ini. Memang secara kualitas Arisan Brondong masih lebih baik ketimbang Diperkosa Setan, tapi jangan mengharapkan suguhan tontonan yang berkualitas dari film ini. Yang ada, sepanjang film kita dibuat benar - benar desperate sampai pengen ambil rol film ini buat gantung diri.
Dari 10 menit pertama, saya sudah mencium gelagat busuknya. Kesan pertama yang didapat, "Wow, FTV sekali !." Bener deh, cinnnnnn, Arisan Brondong emang sangat FTV. Yang membedakannya adalah unsur seksualitas di sini lebih kental, meski saya bilang semuanya serba tanggung. Jadi jeleknya nanggung gitu, cinnnnn...
Bersyukurlah, karena Arisan Brondong tidak menyisipkan dialog ajaib layaknya Diperkosa Setan. Tapi can cin cun berulang kali diucapkan sampai saya mblenger, teler dan klenger *zzz* ampun deh, cinnnnn...
akting para pemainnya sungguh over acting. Gregetan liat tante Bella Saphira dan komplotannya berakting dengan teramat over sampai saya pusing dibuatnya. Sementara bule Heather Storm malah keliatan banget ga bisa akting, suer dah kaku abis! nggak tau tujuan Maxima sampe impor artis luar yang tak bisa akting seperti ini, bahkan tubuhnya pun ga lebih seksi dari Bella Saphira. Lantas tujuannya apa, cin?
Bisa dibilang akting paling natural dari Bella adalah saat dia duel dengan Andi Soraya di kafe. Seru banget dah!
Seperti yang udah saya sebutin diatas, Arisan Brondong sangat mirip dengan FTV. Itu berarti, skripnya juga, cin. Ampun dah, sepanjang film rasanya bagaikan nonton FTV yang ditayangin di layar lebar. Konfliknya datar banget, bahkan cenderung membosankan. Kita udah bisa menebak alurnya bakal berjalan seperti apa sejak 10 menit pertama. Predictable.
*Diperkosa Setan jauh lebih seru, cin. Ga bisa nebak alurnya sama sekali*
Humornya juga garing kriuk kriuk, hanya sedikit yang bisa bikin tertawa. At least, tertawanya karena dialog itu memang lucu, bukan karena aneh atau saking desperate-nya kita terhadap film tersebut.
Nilai = 4/10
meski filmnya kacau ya, jeng. Tapi kalau dibandingin ama film lokal yang gue review sebelumnya, Arisan Brondong masih setingkat lebih baik. Seandainya digarap lebih serius, bukan tidak mungkin film ini bisa menjadi bagus. Skripnya memang klise, tapi masih bisa dikembangkan terlebih dialognya cukup menyentil.
akting para pemainnya sungguh over acting. Gregetan liat tante Bella Saphira dan komplotannya berakting dengan teramat over sampai saya pusing dibuatnya. Sementara bule Heather Storm malah keliatan banget ga bisa akting, suer dah kaku abis! nggak tau tujuan Maxima sampe impor artis luar yang tak bisa akting seperti ini, bahkan tubuhnya pun ga lebih seksi dari Bella Saphira. Lantas tujuannya apa, cin?
Bisa dibilang akting paling natural dari Bella adalah saat dia duel dengan Andi Soraya di kafe. Seru banget dah!
Seperti yang udah saya sebutin diatas, Arisan Brondong sangat mirip dengan FTV. Itu berarti, skripnya juga, cin. Ampun dah, sepanjang film rasanya bagaikan nonton FTV yang ditayangin di layar lebar. Konfliknya datar banget, bahkan cenderung membosankan. Kita udah bisa menebak alurnya bakal berjalan seperti apa sejak 10 menit pertama. Predictable.
*Diperkosa Setan jauh lebih seru, cin. Ga bisa nebak alurnya sama sekali*
Humornya juga garing kriuk kriuk, hanya sedikit yang bisa bikin tertawa. At least, tertawanya karena dialog itu memang lucu, bukan karena aneh atau saking desperate-nya kita terhadap film tersebut.
Nilai = 4/10
meski filmnya kacau ya, jeng. Tapi kalau dibandingin ama film lokal yang gue review sebelumnya, Arisan Brondong masih setingkat lebih baik. Seandainya digarap lebih serius, bukan tidak mungkin film ini bisa menjadi bagus. Skripnya memang klise, tapi masih bisa dikembangkan terlebih dialognya cukup menyentil.
No comments:
Post a Comment