April 2, 2010

REVIEW : EDGE OF DARKNESS


Diadaptasi dari miniseri BBC berjudul sama, Edge of Darkness menandai kembalinya Mel Gibson ke dunia akting setelah 8 tahun vakum. Kebanyakan moviegoers penasaran dengan film ini disebabkan oleh kerinduan mereka akan akting Mel Gibson. Film besutan Martin Campbell yang sebelumnya sukses mengarahkan franchise agen 007 ini cenderung bergenre drama-thriller, jadi jangan berharap banyak akan menemukan adegan aksi nan menegangkan yang dipenuhi dengan aksi baku tembak.

Thomas Craven (Mel Gibson) adalah seorang detektif di kepolisian kota Boston yang tengah berduka setelah ditinggal mati putri semata wayangnya, Emma (Bojana Novakovic), yang tewas tertembak di depan rumah mereka. Pihak kepolisian menduga Thomas adalah target sesungguhnya sementara Emma adalah korban salah tembak. Akan tetapi, Thomas tidak berpikir demikian. Dia merasa ada sesuatu yang janggal dibalik kematian putrinya. Thomas pun mencoba memecahkan kasus ini dan menemukan fakta mengejutkan yang melibatkan pemerintah.

Film berdurasi 117 menit ini cenderung mengalir dengan lambat dan bernuansa gloomy. Penonton yang mengharapkan suguhan action yang biasa hadir di film besutan Martin Campbell akan dibuat kecewa karena Edge of Darkness lebih berada pada jalur drama-thriller ketimbang action. Sedikit berat dan cenderung monoton untuk dinikmati sebagai sebuah film hiburan, hampir sepanjang film tone-nya muram dan pucat. Mel Gibson masih menunjukkan taringnya sebagai aktor papan atas dengan aktingnya yang bagus. Kemarahan seorang ayah yang ingin menguak misteri kematian putrinya tampak jelas di wajahnya, sangat natural. Mel membawakan peran Thomas seakan tanpa beban, dia jelas sangat mengerti apa yang diinginkan oleh sang sutradara dan para penonton.

Ray Winstone juga bermain apik di film ini. Perannya sebgai seorang "konsultan" dimainkannya dengan baik. Sekadar informasi, peran ini awalnya ditawarkan kepada Robert DeNiro yang kemudian mundur di hari pertama syuting. Sulit membayangkan duet Mel dengan DeNiro di film ini. Saat berhadapan dengan Ray saja sudah sedemikian bagusnya, lantas bagaimana jadinya kalo DeNiro berada di posisi Ray? mungkin bakal lebih terasa gregetnya.

Nilai = 7/10


No comments:

Post a Comment

Mobile Edition
By Blogger Touch