UNSTOPPABLE
Tony Scott dan Denzel Washington kembali bersatu dalam sebuah film aksi yang lagi - lagi berhubungan dengan kereta api. Kali ini Washington, untungnya, tidak lagi dipasangkan dengan John Travolta pasca The Taking of Pelham 123 yang ternyata sama sekali tidak menggigit dan cenderung membosankan itu. Partner barunya adalah Chris Pine, aktor muda yang namanya melambung berkat Star Trek versi baru. Melihat susunan pemain ini, sudah bisa ditebak akan terjadi hubungan antara rookie dan senior-nya serta ketidakcocokan diantara mereka. Unstoppable memang sejatinya menawarkan sesuatu yang klise dan mudah ditebak, namun meski begitu film yang terinspirasi dari kisah nyata kecelakaan kereta api di Ohio tahun 2001 ini begitu lezat untuk disantap. Scott membuka film tanpa basa basi dan langsung masuk ke dalam inti permasalahan dimana karena keteledoran Dewey (Ethan Suplee), sebuah kereta bernomor 777 yang menarik puluhan gerbong, termasuk bahan kimia berbahaya, melaju kencang tanpa awak menuju pemukiman padat penduduk. Kisah lain menceritakan tentang hubungan seorang masinis baru, Will Colson (Chris Pine), dengan sang ahli mesin kawakan, Frank Barnes (Denzel Washington). Sering diwarnai cekcok di awal film, namun menjelang pertengahan, tatkala keduanya telah saling memahami dan kereta 777 ternyata satu jalur dengan mereka, keduanya dituntut untuk bekerja sama. Mengesampingkan masalah pribadi demi menyelamatkan nyawa ribuan masyarakat sipil yang tidak bersalah.
Hampir tidak pernah terbayangkan Unstoppable akan menyajikan sebuah suguhan yang sangat menyenangkan dan menegangkan seperti ini. Dengan lemahnya The Talking of Pelham 123, saya menduga film ini akan mengalami hal yang sama, bahkan trailernya pun tak membuat saya optimis. Satu - satunya yang bikin saya penasaran adalah kisahnya mengenai kereta api tanpa awak yang meluncur ke pemukiman padat penduduk, terdengar menjanjikan. Jika dalam Pelham Scott agak lambat dalam membangun ketegangan, maka disini dia main hajar tanpa ampun. Tak ada kesempatan buat penonton untuk permisi ke kamar kecil, bahkan datang terlambat 10 menit pun bisa berakibat fatal. Ouch. Ya, Unstoppable memang sungguh mengasyikkan untuk ditonton, walaupun naskahnya tergolong biasa saja. Chemistry antara Washington dan Pine memang tidak begitu kuat tapi masih mending daripada apa yang ditunjukkan Washington bersama John Travolta. Jika kalian mencari film popcorn ringan yang menegangkan, maka Unstoppable adalah jawabannya. Menurut saya, inilah film terbaik dari Tony Scott dalam periode 2000-an setelah sebelumnya menghasilkan sejumlah film aksi yang kurang menggigit. Sungguh disayangkan Unstoppable baru tayang di Semarang tahun 2011 ini, padahal jika film ini tayang serentak 2 bulan yang lalu, jelas akan masuk 20 Film Terbaik 2010 versi saya! Gah.
Exceeds Expectations
Mungkin anak kecil jaman sekarang jarang ada yang mengetahui siapa beruang cerdas bertopi berdasi bernama Yogi ini. Maklum, karakter ini berasal dari serial animasi jadul berjudul The Yogi Bear Show yang mengudara di sekitar tahun 1960-an. Bagi pecinta animasi mungkin mengenalinya apalagi Yogi Bear ternyata sempat pula ditayangkan di Indonesia tatkala animasi bikinan Hanna-Barbera sedang jaya - jayanya disini. Dibuat film layar lebar dalam versi live-action dengan polesan CGI disana sini plus teknologi 3D, Yogi Bear terkesan kurang meyakinkan. Maklum, film adaptasi Hanna Barbera sebelumnya memiliki kualitas yang memprihatinkan meski jika ditilik dari segi komersil bisa dibilang cukup sukses. Eric Brevig yang pernah menyutradarai Journey to the Center of the Earth-nya Brendan Fraser, ditunjuk untuk mengomandoi film ini. Jellystone terancam ditutup karena keserakahan dari walikota (Andrew Daly) yang menganggap taman dimana Yogi Bear (Dan Aykroyd) dan Boo-Boo (Justin Timberlake) tinggal tersebut pendapatannya kurang menguntungkan. Bersama dengan Ranger Smith (Tom Cavanagh) yang sejatinya merupakan musuh bebuyutan Yogi, mereka pun bahu membahu untuk menyelamatkan taman tersebut dibantu oleh Rachel (Anna Faris), pembuat film dokumenter sekaligus love interest dari Ranger Smith.
Mencoba bernostalgia dan menyetting pikiran seperti layaknya pemikiran penonton cilik, rupanya masih tidak berhasil. Yogi Bear adalah film yang 'mengerikan' karena saking buruknya. Memang tidak separah apa yang dihadirkan oleh Vampires Sucks atau The Last Airbender, tapi cukup untuk membuat para produser serakah di Hollywood untuk berpikir ulang sebelum membuat adaptasi dari animasi Hanna-Barbera. Dibandingkan dengan pendahulunya macam The Flinstones beserta sekuelnya serta Scooby-Doo beserta sekuelnya, Yogi Bear adalah yang terparah. Tidak lucu sama sekali. Entah bagi para penonton cilik atau fans dari animasi ini, tapi bagi saya ini adalah sebuah lelucon yang tidak seharusnya dibuat dengan plot yang setipis kertas. Humornya garing, tidak segar dan merupakan pengulangan yang ke sekian dari film keluarga sebelumnya. Untungnya Aykroyd dan Timberlake cukup sukses membawakan suara Yogi Bear dan Boo-Boo, jika tidak mungkin saya akan menyandingkan film keluarga ini dengan dua film buruk di atas. Dengan CGI dan 3D yang juga biasa - biasa saja, alangkah lebih bijak jika Yogi Bear langsung diterjunkan ke dalam bentuk DVD atau film TV saja.
Poor
Hampir tidak pernah terbayangkan Unstoppable akan menyajikan sebuah suguhan yang sangat menyenangkan dan menegangkan seperti ini. Dengan lemahnya The Talking of Pelham 123, saya menduga film ini akan mengalami hal yang sama, bahkan trailernya pun tak membuat saya optimis. Satu - satunya yang bikin saya penasaran adalah kisahnya mengenai kereta api tanpa awak yang meluncur ke pemukiman padat penduduk, terdengar menjanjikan. Jika dalam Pelham Scott agak lambat dalam membangun ketegangan, maka disini dia main hajar tanpa ampun. Tak ada kesempatan buat penonton untuk permisi ke kamar kecil, bahkan datang terlambat 10 menit pun bisa berakibat fatal. Ouch. Ya, Unstoppable memang sungguh mengasyikkan untuk ditonton, walaupun naskahnya tergolong biasa saja. Chemistry antara Washington dan Pine memang tidak begitu kuat tapi masih mending daripada apa yang ditunjukkan Washington bersama John Travolta. Jika kalian mencari film popcorn ringan yang menegangkan, maka Unstoppable adalah jawabannya. Menurut saya, inilah film terbaik dari Tony Scott dalam periode 2000-an setelah sebelumnya menghasilkan sejumlah film aksi yang kurang menggigit. Sungguh disayangkan Unstoppable baru tayang di Semarang tahun 2011 ini, padahal jika film ini tayang serentak 2 bulan yang lalu, jelas akan masuk 20 Film Terbaik 2010 versi saya! Gah.
Exceeds Expectations
Mungkin anak kecil jaman sekarang jarang ada yang mengetahui siapa beruang cerdas bertopi berdasi bernama Yogi ini. Maklum, karakter ini berasal dari serial animasi jadul berjudul The Yogi Bear Show yang mengudara di sekitar tahun 1960-an. Bagi pecinta animasi mungkin mengenalinya apalagi Yogi Bear ternyata sempat pula ditayangkan di Indonesia tatkala animasi bikinan Hanna-Barbera sedang jaya - jayanya disini. Dibuat film layar lebar dalam versi live-action dengan polesan CGI disana sini plus teknologi 3D, Yogi Bear terkesan kurang meyakinkan. Maklum, film adaptasi Hanna Barbera sebelumnya memiliki kualitas yang memprihatinkan meski jika ditilik dari segi komersil bisa dibilang cukup sukses. Eric Brevig yang pernah menyutradarai Journey to the Center of the Earth-nya Brendan Fraser, ditunjuk untuk mengomandoi film ini. Jellystone terancam ditutup karena keserakahan dari walikota (Andrew Daly) yang menganggap taman dimana Yogi Bear (Dan Aykroyd) dan Boo-Boo (Justin Timberlake) tinggal tersebut pendapatannya kurang menguntungkan. Bersama dengan Ranger Smith (Tom Cavanagh) yang sejatinya merupakan musuh bebuyutan Yogi, mereka pun bahu membahu untuk menyelamatkan taman tersebut dibantu oleh Rachel (Anna Faris), pembuat film dokumenter sekaligus love interest dari Ranger Smith.
Mencoba bernostalgia dan menyetting pikiran seperti layaknya pemikiran penonton cilik, rupanya masih tidak berhasil. Yogi Bear adalah film yang 'mengerikan' karena saking buruknya. Memang tidak separah apa yang dihadirkan oleh Vampires Sucks atau The Last Airbender, tapi cukup untuk membuat para produser serakah di Hollywood untuk berpikir ulang sebelum membuat adaptasi dari animasi Hanna-Barbera. Dibandingkan dengan pendahulunya macam The Flinstones beserta sekuelnya serta Scooby-Doo beserta sekuelnya, Yogi Bear adalah yang terparah. Tidak lucu sama sekali. Entah bagi para penonton cilik atau fans dari animasi ini, tapi bagi saya ini adalah sebuah lelucon yang tidak seharusnya dibuat dengan plot yang setipis kertas. Humornya garing, tidak segar dan merupakan pengulangan yang ke sekian dari film keluarga sebelumnya. Untungnya Aykroyd dan Timberlake cukup sukses membawakan suara Yogi Bear dan Boo-Boo, jika tidak mungkin saya akan menyandingkan film keluarga ini dengan dua film buruk di atas. Dengan CGI dan 3D yang juga biasa - biasa saja, alangkah lebih bijak jika Yogi Bear langsung diterjunkan ke dalam bentuk DVD atau film TV saja.
Poor
segitunyakah unstoppable ?
ReplyDeletewaktu itu denger dari orang" cuma orang mau nyetopoin kereta, yah khas aksi heroik orang amrik gitu loh.
ternyata bagus ya ? hahehahe..
ReplyDeleteThanks for providing great informative blog, keep posting.
Your website is really cool and this is a great inspiring article.
ReplyDelete
ReplyDeleteNice post. It is really interesting.
Thanks for sharing the post!
ReplyDelete