“You cannot fix humanity’s problems with technology.”
Pernah tidak membayangkan
memiliki robot yang bisa mengerjakan semua hal? Maksud saya, robot yang bisa
beberes rumah sampai kinclong, bisa bertindak selaiknya pelatih atau perawat
profesional, sampai bisa memasak berbagai jenis makanan sehingga tak perlu repot-repot
ke restoran. Terdengar menyenangkan, bukan? Praktis. Serial asal Inggris, Humans, yang dikreasi oleh Sam Vincent
dan Jonathan Brackley berdasarkan serial dari Swedia bertajuk Real Humans ini menerapkan premis
tersebut untuk diejawantahkan menjadi tontonan sepanjang tiga musim. Memberi
kita gambaran seandainya robot mempunyai peranan lebih krusial dalam setiap
lini kehidupan, ketimbang sebatas didayagunakan oleh korporasi-korporasi
raksasa. Demi menjadikannya kian menarik, sang kreator pun tak mendeskripsikan
robot-robot ini selaiknya mesin biasa atau menyerupai kaleng berwarna perak.
Melainkan diperlihatkan seperti halnya manusia sampai-sampai kamu tak bisa
membedakannya hanya dari pandangan secara sekilas. Bahkan, beberapa robot yang
menjadi sentral penceritaan dalam Humans
dikisahkan mempunyai emosi yang menjadikan batasan antara realita dan teknologi
menjadi kian mengabur.
Salah satu robot tersebut adalah Anita (Gemma Chan) yang “diadopsi” oleh keluarga Hawkins demi mengurus segala tetek bengek berkaitan dengan urusan rumah tangga. Sang kepala keluarga, Joe (Tom Goodman-Hill), merasa kewalahan mengurus ketiga anaknya lantaran istrinya, Laura (Katherine Parkinson), kerap disibukkan oleh pekerjaannya sebagai pengacara. Meski kehadiran Anita sendiri disambut baik oleh Joe maupun si bungsu, Laura beserta putri sulungnya, Mattie (Lucy Carless), justru terusik dengan keberadaan robot yang disebut sebagai synth tersebut. Laura menaruh kecurigaan kepada Anita yang dianggapnya berniat menggantikan posisinya sebagai seorang ibu dalam keluarga Hawkins, sementara Mattie sendiri menaruh kebencian secara umum kepada synth yang dinilainya mengancam keberadaan umat manusia. Betapa tidak, synth yang didesain sebagai robot multifungsi ini membuat manusia mengalami ketergantungan dan lapangan pekerjaan pun kian mengecil akibat penggunaannya yang semakin masif. Bukankah ini berbahaya? Berkelindan bersama narasi yang berporos pada keluarga Hawkins adalah tiga plot yang menyoroti seseorang dari masa lalu Anita, dua detektif, serta seorang pria tua yang memiliki hubungan erat dengan synth miliknya.
Ya, Humans tidak hanya meletakkan fokus penceritaannya terhadap
permasalahan pelik yang menghinggapi keluarga Hawkins akibat keberadaan sebuah
robot. Anita sendiri mempunyai latar belakang yang telah diungkap sekelumit
sedari episode-episode awal. Seperti telah dicurigai oleh Laura, synth tersebut bukanlah produk biasa
yang sebatas tunduk kepada prosedur maupun perintah yang dialamatkan kepadanya.
Dia mempunyai emosi, dia pun memiliki kesadaran atas tindakan-tindakannya yang
menjadikannya menyerupai manusia. Dari pancingan berwujud flashback yang memberikan informasi mengenai nama asli Anita
berikut kawanannya – synth yang
memiliki kesadaran – inilah Humans lantas menggelembungkan kepenasaran hamba.
Saya bertanya-tanya, siapa sebenarnya Anita? Mengapa dia bisa berbeda dibanding
robot-robot sejenisnya? Apakah ada misi tertentu yang dibebankan untuknya? Pada
saat bersamaan, rekan-rekan Anita dari masa lalu terlibat dalam kasus kriminal
yang menghadapkan mereka dengan pihak kepolisian serta sekelompok peneliti yang
mempunyai kepentingan. Melalui cabang penceritaan tersebut, serial menguarkan
aroma thriller dengan tingkatan intensitas berada di level sedang yang sudah cukup
untuk membuat penonton menginvestasikan waktu dan emosinya.
Namun Humans tak hanya menggaet atensi kita lewat serentetan misteri yang
dikedepankannya, tetapi juga lewat isu yang dibawakannya. Serial ini meminta
penonton untuk mempertanyakan soal kemanusiaan, kecerdasan buatan, serta
teknologi. Tentang bagaimana kemajuan teknologi mereduksi interaksi antara
sesama manusia, tentang bagaimana keahlian manusia tergantikan oleh robot yang
kinerjanya bisa ditekan melampaui batas, dan tentang bagaimana hati nurani
dipinggirkan lantaran robot tak memiliki emosi. Tapi bagaimana jika kemudian
robot tersebut mempunyai kesadaran seperti halnya Anita? Apakah kita akan tetap
bersikap semena-mena kepadanya karena secara teknis dia bukan makhluk hidup
ciptaan Tuhan, atau kita akan memerlakukannya seperti manusia? Humans membawa perenungan tersebut
kepada kita. Meski mungkin synth tak
akan terwujud dalam waktu dekat, persoalan terkait relasi sosial yang
merenggang akibat teknologi terasa nyambung dengan keadaan masa kini. Pemicunya
tidak berasal dari robot yang bisa dipergunakan sesuka hati melainkan dari
media sosial dan internet. Ya, seperti halnya synth, dua produk teknologi tersebut tadinya diciptakan dengan
harapan dapat mempermudah segala permasalahan umat manusia. Tapi ironisnya,
efek samping yang diberikannya justru dapat memberikan dampak negatif terhadap
kemanusiaan. Mengerikan.
*Saat ini Humans sudah tersedia
dari season 1 sampai 3 di situs streaming Mola TV.
Kalian bisa menontonnya dengan mendaftar dan membayar paket langganan sebesar
Rp. 12.500/30 hari. Murah sekali dan mudah sekali karena pembayaran dapat
dilakukan melalui OVO maupun virtual account.*
spider-man-streaming-vf
ReplyDeleteThe-batman-zh-fullmovie
ReplyDeletethe-batman-vostfr
ReplyDeleteagen judi online
ReplyDeletebandar judi online
situs judi online
situs togel online
togel online terpercaya
bandar togel terpercaya