March 29, 2014

REVIEW : THE RAID 2: BERANDAL


“Saya bukannya nggak percaya sama kamu, tapi saya memang nggak percaya sama siapa-siapa.” - Bangun 

Baiklah. Izinkan saya untuk menarik nafas dalam-dalam terlebih dahulu sebelum mulai mengatakan sesuatu... dan saya pun mengizinkan Anda untuk bersiap-siap diliputi rasa penasaran atau (mungkin) beragam nyinyiran karena ulasan yang hendak Anda baca ini mungkin sedikit bernada hiperbolis. Ya, begitu sulit untuk tidak meluapkan kegembiraan setelah menyaksikan The Raid 2: Berandal. Segenap ekspektasi yang telah saya tanamkan untuk film ini, dilampaui dengan begitu mudahnya. Jika apa yang membuat Anda jatuh hati di jilid pertama adalah kegilaan aksinya, maka Gareth Evans meningkatkannya hingga berlipat-lipat di sini dengan kekerasan yang tak tertahankan. Jika jalinan pengisahan yang sedemikian tipis di film sebelumnya membuat Anda mendengus kecewa, maka Gareth Evans melunasinya di sini melalui tuturan yang lebih kompleks dan membutuhkan sedikit perhatian untuk bisa mencernanya dengan baik. Gareth Evans tidak lagi bermain-main demi terwujudnya sebuah sekuel yang epik... dan itu memang terwujud dalam The Raid 2: Berandal

March 27, 2014

REVIEW : DIVERGENT


“The future belongs to those who know where they belong.” – Jeanine 

Apakah Anda sudah jenuh dengan film adaptasi yang menjumput sari penceritaan dari novel Young Adult berseri? Entah jawaban yang Anda sodorkan adalah Ya atau Tidak, brace yourself... it’s not over yet. Tren ini masih belum akan berakhir dalam waktu dekat terlebih dengan sederetan judul telah mengantri panjang di tahun ini. Salah satu yang menyapa pertama kali adalah Divergent yang didasarkan pada novel laris berjudul sama rekaan Veronica Roth. Meniliknya secara sepintas, tidak ada keistimewaan yang melekat dalam tubuh Divergent; ini seolah hanya dibentuk atas elemen-elemen terbaik milik The Hunger Games, Harry Potter, Ender’s Game, hingga The Host. Lantas apa yang begitu istimewa dari Divergent hingga banyak yang menggandrunginya? Melalui versi film yang dinahkodai oleh Neil Burger (Limitless), saya memperoleh jawabannya. 

March 24, 2014

REVIEW : NEED FOR SPEED


“I do not fear, for you are with me. All those who defied me, shall be ashamed and disgraced. Those who wage war against me, shall perish. I will find strength, find guidance, and I will triumph.” - Tobey

Lebih sering berakhir mengenaskan ketimbang memuaskan, itulah yang terjadi kepada film adaptasi yang sumber aslinya didasarkan pada video game. Kalaupun ada yang tepat sasaran, jumlahnya pun dapat dihitung dengan mudah menggunakan jari – salah satunya adalah seri Resident Evil. Pada umumnya, kegagalan bersumber pada ketidakmampuan si pembuat film dalam menangkap roh dari permainan bersangkutan kala memvisualisasikannya ke medium berbeda. Ini lantas diperparah oleh skrip yang tidak memadai dan casting yang salah kaprah. Maka ketika game balapan laris keluaran Electronic Arts (EA), Need For Speed, diangkat ke layar lebar, ekspektasi telah saya atur di tingkatan paling rendah. Apa yang bisa Anda harapkan dari sebuah film yang beranjak dari video game balap mobil yang isinya hanya... balapan? Sepertinya, sama sekali tidak ada dan... saya keliru.  

March 15, 2014

REVIEW : HER


“I think anybody who falls in love is a freak. It's a crazy thing to do. It's kind of like a form of socially acceptable insanity.” - Amy

Her milik Spike Jonze ini bukanlah jenis tontonan yang akan membuat Anda mengucap, “betapa romantisnya!” yang berlanjut ke tindakan mengusap air mata di dalam bioskop... dan lalu melupakannya begitu saja tanpa pernah lagi peduli beberapa hari kemudian – setidaknya setelah menemukan film percintaan yang lebih mengoyak emosi. Bukan. Anda akan sulit untuk mengenyahkan film yang satu ini dengan mudah dari benak pikiran karena jelas, Her bukanlah film percintaan yang biasa-biasa saja. Ini sebuah sajian yang begitu istimewa. Bahkan, Anda akan mendapati berbagai macam rasa yang tertinggal usai menyaksikan Her. Tidak hanya sekadar menyisakan rasa manis, tetapi juga ada percampuran antara kehangatan, kebahagiaan yang tiada terkira, hingga getir yang menyayat hati.  

March 12, 2014

REVIEW : NON-STOP


“I'm not hijacking this plane. I'm trying to save it!” – Bill 

Sebuah kejutan mengasyikkan di kuartal pertama tahun 2014 ini datang dari film arahan Jaume Collet-Serra, Non-Stop. Diberkahi materi promosi yang tidak terlampau mengusik minat untuk segera mencicipinya, tak disangka-sangka ternyata Non-Stop memberikan kualitas hiburan yang melampaui segala pengharapan. Ini adalah jenis tontonan yang akan membuat Anda mencengkeram erat-erat kursi bioskop, enggan untuk meninggalkan kursi nyaman yang Anda duduki di bioskop sekalipun memeroleh ‘panggilan alam’ yang kudu segera dijawab, hingga memandangi layar bioskop lekat-lekat tanpa sekalipun berpaling. Dengan demikian, tentunya ini adalah sebuah thriller yang membiarkan rasa penasaran menguasai diri penonton lantaran jalinan penceritaan yang dikondisikan untuk sulit ditebak dan membiarkan adrenalin penonton dipompa sedemikian rupa (jika perlu hingga menyebabkan kehabisan nafas) karena ketegangan yang tidak pernah menunjukkan tanda-tanda mengendur. 

March 11, 2014

REVIEW : 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA PART 2


"Cinta itu sebuah tanggung jawab. Kalau kamu belum menikah, berarti kamu belum siap untuk bertanggung jawab." - Rangga 

Perjalanan Hanum Salsabiela (Acha Septriasa) dalam menguak jejak-jejak kebesaran Islam di benua Eropa belum berakhir. Dengan Fatma (Raline Shah) yang mendadak pergi tanpa pamit dan tak sekalipun pernah memberi kabar, Hanum pun melanjutkan ekspedisinya bersama sang suami, Rangga (Abimana Aryasatya). Di sela-sela upaya Hanum dan Rangga untuk mengungkap rahasia Islam di Eropa – serta mencari keberadaan Fatma, konflik yang terbilang pelik pun turut mewarnai hari-hari terakhir mereka di Austria; Hanum dikuasai rasa cemburu saat mengetahui kedekatan hubungan sang suami dengan Maarja (Marissa Nasution) yang melampaui batas kewajaran, dan Rangga yang tengah dipusingkan oleh masalah disertasi kudu mencari cara untuk mendamaikan pertikaian antara Stefan (Nino Fernandez) dan Khan (Alex Abbad) yang tak berkesudahan serta cenderung kian memanas dari hari ke hari. 

[Preview] DAFTAR FILM INDONESIA SIAP RILIS MARET 2014


Ada apa di bulan Maret ini? Well... Meski ada beberapa film yang tanggal rilisnya belum juga dikonfirmasi secara resmi, namun setidaknya dua film Indonesia yang kehadirannya banyak diantisipasi oleh para penggemar film di tanah air siap meramaikan bioskop pada Maret 2014. Keduanya adalah kelanjutan dari film laris dengan torehan penonton di atas angka 1 juta. Selain kedua film tersebut, hadir pula omnibus romantis berdasar lagu cinta olahan Piyu serta dua film seram. 

Untuk lebih lengkapnya, inilah film-film Indonesia yang dirilis pada Maret 2014:

March 3, 2014

THE 86th ACADEMY AWARDS WINNERS LIST


Bahagia dengan hasil perhelatan ke-86 dari Academy Awards? Saya sih bahagia. Setidaknya 22 dari 24 peraih nominasi yang saya unggulkan berhasil memboyong piala. Woo hoo! Tapi tentu saja kebahagiaan saya tidak ada apa-apanya dibandingkan 12 Years a Slave, Gravity, dan Dallas Buyers Club. Ketiga film tersebut sukses keluar sebagai pemenang terbesar di ajang penghargaan tertinggi bagi insan perfilman dunia ini. Gravity yang mendapat 10 nominasi, memborong 7 piala diantaranya meliputi Best Director, Best Editing, Best Original Score, Best Special Effect, Best Cinematography, Best Sound Mixing, dan Best Sound Editing. Seluruh kategori teknis dimenangkan oleh Gravity! Wow

Mobile Edition
By Blogger Touch