July 8, 2014

REVIEW : BLENDED


“He's a bad daddy he made me look like The Walking Dead.” 

Ada satu alasan kuat yang melandasi mengapa Blended adalah sebuah film yang seharusnya tidak saya lewatkan begitu saja: ini adalah reuni kedua dari Adam Sandler dan Drew Barrymore di sebuah film beraliran romantic-comedy setelah pertemuan mereka yang begitu romantis, sulit terlupakan, dan membekas di hati lewat The Wedding Singer serta 50 First Dates. Ya, keduanya adalah raja dan ratu di film komedi romantis yang popularitasnya bahkan boleh disandingkan dengan pasangan Tom Hanks-Meg Ryan ataupun Richard Gere-Julia Roberts. Dengan tambahan kehadiran Frank Coraci (The Waterboy, Click) yang sebelumnya berkolaborasi bersama mereka dalam The Wedding Singer di kursi penyutradaraan, maka sudah barang tentu ajang temu kangen setelah 10 tahun terpisah ini wajib untuk dihadiri. Bukankah selalu mengasyikkan bisa berjumpa kembali dengan kawan lama yang begitu dicintai dalam suasana yang telah dikenal? 

Tidak seperti kedua film sebelumnya dimana percikan cinta telah meluap-luap sejak awal, Blended memulai romansa diantara Sandler dan Barrymore lewat kebencian. Jika Anda mengira keduanya adalah lajang di usia menginjak kepala 4, maka tebakan itu sama sekali keliru. Baik Sandler maupun Barrymore (yang menyadari bahwa mereka tidak lagi muda) yang berperan sebagai Jim Friedman, manajer toko alat kebugaran, dan Lauren Reynolds, penata lemari profesional, adalah orang tua tunggal dengan anak-anak susah diatur. Kesamaan inilah yang lantas memertemukan mereka dalam sebuah kencan buta mengerikan yang menimbulkan rasa saling tidak suka antara satu dengan lain. Memutuskan untuk enggan bertatap muka sekali lagi, ndilalah takdir berkata lain. Beragam kebetulan khas Hollywood membawa Jim dan Lauren dalam perjumpaan tak disangka-sangka yang dimulai di sebuah toko kelontong dan mencapai puncaknya kala tengah menghabiskan liburan musim semi bersama anak masing-masing di Afrika. 

Yang perlu diantisipasi kala melahap Blended adalah kenyataan bahwa tuturan kisahnya begitu klise sehingga tidak dibutuhkan kejeniusan untuk melahap apa yang dicelotehkannya dan... ini film Adam Sandler. Selayaknya apa yang terjadi di film-film terdahulu, tentu dibutuhkan hati yang legowo (plus kesiapan mental) untuk bisa menerima guyonan dari Sandler yang tidak saja bersifat slapstick tetapi juga ofensif – jelas tidak diperuntukkan bagi Anda yang mudah tersinggung. Ya, dia masih membawa ciri khasnya itu di sini. Yang sedikit membedakan, ada orientasi untuk menjangkau segmen penonton lebih luas (dalam hal ini, keluarga) dan memberikan sentuhan kehangatan hati di Blended sehingga kekurangajarannya dalam melawak sedikit banyak direduksi yang justru membuatnya bisa diterima oleh penonton awam walau ini berpotensi akan menimbulkan kekecewaan besar di kalangan para penggemar beratnya. 

Tapi ini sama sekali bukan berarti kabar buruk. Memang Blended tidak berada di level yang sama dengan The Wedding Singer dan 50 First Dates, bahkan lebih cenderung menyerupai proyek kangen-kangenan semata (Yah!) tetapi sebagai sebuah tontonan yang mengedepankan tujuan melepas penat para penontonnya, Blended telah mencapai misinya dengan baik. Ada banyak gelak tawa yang berhasil dipantik di sini, entah itu muncul dari hubungan benci tapi cinta Jim dan Lauren, putra putri mereka yang heboh betul, Nickens (Terry Crews) beserta grup akapelanya yang memberikan tribut terhadap film-film musikal, hingga pasangan baru yang kerap umbar-umbar kemesraan. Walau terkadang kelewat berisik (pula berantakan), tetapi masih manjur untuk membuat penonton terbahak-bahak dan keputusan membawa hati ala Parental Guidance ke dalam guliran kisahnya pun harus diakui tepat. 

Bukan reuni Sandler-Barrymore yang sempurna, memang, tetapi jika Anda tidak keberatan diajak bersenang-senang seraya menikmati pemandangan alam Afrika yang eksotis maka Blended dipastikan masih memberikan kegembiraan. Ya, ini tidak seburuk apa yang dikatakan oleh kritikus film di Amerika Serikat yang memang yah, anti Sandler, dan Blended pun masih jauh lebih baik ketimbang beberapa film terakhir Sandler yang kacau balau itu. Setidaknya chemistry hebat Sandler dan Barrymore masih bekerja di sini dan Blended is such a feel-good movie yang bisa membuat Anda tertawa serta tersentuh pada saat yang nyaris bersamaan.

Acceptable

3 comments:

  1. Maaf agak melenceng. Tolong jawab bang, saya sangat suka film-film adam sandler, tapi kenapa kritikus membencinya, contoh film blended itu film yg asik tapi kata kritikus itu film jelek dan dari rottentomatos mendapat rate sampah. Why ? Because jokes hit-mis ?

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch