Bisa melewati tahun 2019 dengan selamat adalah sebuah pencapaian hidup yang semestinya saya rayakan. Kamu mungkin menganggapnya berlebihan, tapi 2019 bakal selamanya saya kenang sebagai tahun terberat. Beragam persoalan menghujam secara bertubi-tubi seolah tanpa akhir yang lantas mendorong diri ini ke jurang depresi dan pada akhirnya secara resmi divonis mengidap Generalized Anxiety Disorder oleh psikiater. Sebuah bentuk “gangguan” yang senantiasa menempatkan saya dalam kecemasan berlebih dengan atau tanpa penyebab yang jelas. Menyenangkan sekali, bukan? Itulah mengapa, senarai “25 film terbaik 2019 versi Cinetariz” ini akan bersifat jauh lebih personal ketimbang sebelumnya. Bukan semata-mata unggul secara kualitas, bukan pula semata-mata akan saya rekomendasikan ke kalian dengan senang hati, tetapi juga mempunyai kedekatan representasi. Jadi jangan mengeluh berpanjang-panjang apabila kalian menjumpai judul-judul yang terkesan “acak” karena satu alasan jelas: senarai ini bersifat sangat subyektif. Semakin tinggi ranking suatu film, maka semakin tinggi pula level dekat di hati dan kemungkinan untuk ditonton berulang-ulang pun semakin besar.
Tanpa perlu berpanjang lebar
lagi, inilah senarai “25 film terbaik 2019 versi Cinetariz” yang saya seleksi
dari 228 judul film yang berhasil saya lahap sepanjang tahun 2019 lalu. Seperti
biasa, senarai ini dimulai dari…
Honorable Mentions (diurut berdasarkan abjad):
# Article 375
Ada dua sisi cerita
dibalik suatu kasus perkosaan yang menghebohkan India.
# Booksmart
Hari terakhir di SMA
memang semestinya dirayakan dengan penuh suka cita.
# Capernaum
Kisah pilu seorang
bocah yang menuntut orang tuanya di pengadilan.
# Dolemite is My Name
Biopik lucu nan
nyeleneh dari seorang pembuat film di era 70-an.
# Exit
Disaster movie tak melulu mesti menegangkan, disampaikan secara
jenaka pun bisa.
# Fighting with My Family
Melongok lahirnya
bintang WWE yang mungkin tak banyak kita ketahui prosesnya.
# Ford vs Ferrari
Biopik yang
penyampaiannya bak film balapan mobil yang mengasyikkan.
# Hotel Mumbai
Rekonstruksi satu tragedi
kemanusiaan yang mendebarkan.
# Imperfect
Kebahagiaan adalah
menerima ketidaksempurnaan diri, bukan mengejar kesempurnaan.
# Us
Menghadapi versi
jahat dari diri sendiri adalah hal yang mengerikan.
…dan inilah yang menghuni posisi
25 besar:
#25 Joker
Tidak menyenangkan atau gegap
gempita bak film berdasar komik pada umumnya, Joker justru disampaikan dengan nada pengisahan teramat depresif
mengikuti kondisi kejiwaan dari si karakter tituler. Sangat tidak nyaman buat
disimak bagi penderita kecemasan, tapi tak bisa disangkal bahwa film ini adalah
buah karya yang sangat apik. Joaquin Phoenix mencengangkan, iringan musiknya
membuat bulu kuduk meremang, dan serentetan adegannya begitu membekas di ingatan.
Siapa sih yang akan bisa lupa adegan tarian di tangga?
#24 Ad Astra
Dibalik tampilan visual yang
mengundang decak kagum dan kemasan luar yang seolah mengindikasikan bahwa ini
sajian space adventure berbalut kisah keluarga, Ad Astra sejatinya merupakan tontonan kontemplatif nan menggigit
yang mengajak kita untuk merenungi tentang makna dibalik kehidupan dan
kemanusiaan seraya memperbincangkan soal mental
health beserta toxic masculinity.
Terdengar berat? Memang begitulah adanya. Bagi saya, topik inilah yang
menjadikan Ad Astra tak saja terasa
indah dari sisi visual tetapi juga rasa.
#23 Blinded by the Light
Sebuah kisah pencarian jati diri
yang diiringi tembang-tembang milik Bruce Springsteen ini terasa sangat
mengasyikkan untuk disimak. Blinded by
the Light merekam perjalanan dari seorang pemuda Inggris berdarah Pakistan
dalam upayanya untuk melawan tindak rasisme dari lingkungan sekitar, dan
upayanya untuk melawan tradisi kolot yang ditegakkan oleh sang ayah. Kita akan
bersimpati pada si protagonis karena mimpi-mimpinya, kita akan kesal pada si
protagonis karena sikap pemberontaknya yang melebihi batas, dan kita akan
bersenandung keras-keras karena tembang Pak Springsteen yang amat asyik nan relatable.
#22 Green Book
Alih-alih bermuram durja dan
dipenuhi dengan kemarahan yang meletup-letup, Green Book mengutarakan segala keresahannya terhadap diskriminasi,
prasangka, sampai rasisme dengan cara yang lebih elegan. Cenderung santai dalam
bertutur dimana didalam narasinya dipenuhi canda tawa maupun momen-momen
mengangatkan hati. Pada dasarnya, ini adalah kisah kemanusiaan yang beranjak
dari persahbatan tak biasa antara seorang musisi kenamaan dengan supir barunya
dalam satu perjalanan yang “menantang nyawa”.
#21 The Irishman
Durasinya yang merentang hingga
3,5 jam memang mengintimidasi. Namun kemahiran Martin Scorsese dalam bercerita
memungkinkan kita untuk menikmati setiap menit dari The Irishman tanpa ada keinginan berhenti sejenak. Narasinya yang
sedemikian kompleks menguliti dunia para gangster dengan seabrek persoalan dan
karakter dilantunkan secara santai sehingga mengeliminasi kesan njelimet dan
membosankan yang berpotensi menghinggapi. Ditambah sokongan akting-akting kelas
atas, khususnya dari trio pemain inti, saya justru senantiasa dilingkupi tanya,
“apa yang akan terjadi selanjutnya?,” selama menonton. Seru!
#20 Marriage Story
Terkadang tersenyum dan sesekali
tertawa, tetapi lebih sering termangu, merasa pedih, dan akhirnya terisak-isak
saat menyaksikan kisah pernikahan pasutri yang di ujung tanduk dalam Marriage Story. Ada keinginan melihat
mereka rujuk, ada ketidakrelaan melihat mereka pisah. Melalui sorot mata
beserta gestur yang diperagakan oleh Adam Driver maupun Scarlett Johansson,
kita bisa merasakan bahwa cinta sebetulnya masih ada dalam diri masing-masing.
Hanya saja, keduanya telah berubah menjadi orang asing bagi satu sama lain dan
itu memilukan. Pertanda kapal yang hendak karam ini memang sudah tak bisa
diselamatkan lagi.
#19 Bebas
Satu hal yang bisa langsung
diapresiasi dari Bebas adalah
performa dari jajaran pemain yang sangat kompak seolah-olah mereka memang
betulan berkawan karib. Saking asyiknya chemistry
diantara mereka, rasanya betah berlama-lama bersama mereka dan berharap film
tidak akan pernah berakhir. Saya tertawa heboh bersama mereka, saya menari
dengan riang gembira bersama mereka, dan saya pun menangis tersedu-sedu bersama
mereka. Seolah kesenangan ini belum cukup, masih ada kurasi lagu Indonesia yang
jempolan dari era 90-an yang akan mengajak kita bersenandung bersama dan
mengenang masa muda.
#18 Knives Out
Rian Johnson memiliki caranya
sendiri dalam mengkreasi tontonan whodunit
seraya memberi penghormatan kepada Agatha Christie dan melemparkan komentar
sosial politik. Ketimbang sepenuhnya berada di jalur suspense yang suram, Knives
Out justru mengajak penonton bersenang-senang dengan narasinya yang ceria
nan penuh gelak tawa. Alhasil, kita pun dibuat tergelak-gelak berulang kali
ditengah proses investigasi yang memicu penasaran, bikin gregetan, sekaligus
membuat jantung berdebar-debar. Dan oh, jangan lupakan barisan pemain
ansambelnya yang memberikan definisi sesungguhnya dari kata “gila” tersebut.
#17 Once Upon a Time… in Hollywood
Once Upon a Time in Hollywood memang bukan karya terbaik dari
seorang Tarantino, tapi ini adalah karya paling personal dan sentimentil yang
pernah dibuatnya. Tak hanya dibikin takjub, tertawa, tegang serta meringis
melihat adegan kekerasannya, sekali ini dia pun sanggup membuat penonton untuk
merasa tersentuh lalu mengeluarkan sapu tangan dari dalam kantong guna menyeka
air mata. Inilah sebuah surat cinta untuk Hollywood yang mengajak kita
bernostalgia ke era 60-an akhir dimana industri perfilman terbesar di dunia ini
mewujudkan sekaligus menenggelamkan harapan besar dari para pemimpi.
#16 Kim Ji-young Born 1982
Kim Ji-young Born 1982 sanggup membangun kesadaran terhadap mental illness seraya mengkritisi budaya
patriarki dengan amat baik dan powerful.
Melalui film ini, penonton akan sedikit banyak memperoleh pemahaman mengenai
depresi berikut faktor-faktor yang melatarinya, mendapat gambaran tentang
budaya patriarki yang semestinya tidak dilanggengkan, dan pada akhirnya
terdorong untuk memanusiakan manusia. Ya, film yang juga hidup berkat
kontribusi akting mengagumkan dari jajaran pemain ini akan membuatmu tersadar
betapa besarnya jasa beserta pengorbanan dari para ibu, para istri, dan para
perempuan.
#15 Midsommar
Bagi saya, keunggulan utama dari Midsommar bukan semata-mata berasal dari
imaji-imaji mengerikan pengusik kenyamanan, melainkan turut bersumber dari
pokok pembicaraannya. Disamping mengulik soal perspektif, sang sutradara juga berniat
memperbincangkan tentang mental illness,
atau dalam hal ini depresi, dan keberadaan support
system. Film ini sejatinya merupakan kisah perjalanan spiritual bagi si
protagonis utama dari seseorang yang menanggung duka akibat kehilangan keluarga
dalam satu tragedi, lalu menyimpan luka akibat penolakan implisit dari
orang-orang di sekitarnya, sampai kemudian menemukan satu komunitas yang
bersedia menerimanya dengan tangan terbuka.
#14 Bento Harassment
Salah satu kejutan manis tahun
lalu berasal dari Bento Harassment
yang tak saja membuat tertawa terbahak-bahak berkat gaya kelakar ala Jepang
yang sedikit nyeleneh, tetapi juga membuat diri ini menangis sesenggukan akibat
narasinya yang menghangatkan hati, terutama di 20 menit terakhir yang luar
biasa ‘jahanam’. Ini adalah sebuah kisah unik tentang hubungan yang renggang
antara seorang single mother dengan
putrinya yang pemberontak. Melalui sekotak makan siang berisi makanan-makanan yang
dihiasi, sang ibu mencoba berekonsiliasi dengan putrinya tersebut sebelum dia
meninggalkan kampung halaman untuk mengadu nasib di kota besar.
#13 Gully Boy
Pustaka musik asal India tidak
terbatas pada soundtrack dari film-film Bollywood. Gully Boy menunjukkan bahwa rap turut memiliki pengaruh di sana
dengan membawa kita menyusuri area pemukiman padat penduduk yang kumuh. Sebuah tempat
yang melatari lahirnya seorang musisi yang mengutarakan keresahan, kemarahan,
sampai harapan mereka mengenai kehidupan melalui tembang-tembang beritme cepat.
Mengaplikasikan tipe narasi “from zero to
hero”, film ini akan membuat emosimu teraduk-aduk di sepanjang durasi yang
mencakup berbagai macam rasa. Dari bahagia, sedih, sampai pada akhirnya terinspirasi
untuk mengikuti pilihan hidup sang protagonis yang berupaya untuk membuktikan
kepada orang-orang yang telah memandangnya rendah bahwa dia tidak akan
selamanya menjadi “nobody”.
#12 Last Christmas
Di lapisan paling permukaan, Last Christmas adalah film komedi
romantis yang akan membuat penonton tersenyum-senyum gemas berkat interaksi
manis nan hidup yang terjalin diantara dua pelakon utamanya. Tapi saat kita bersedia
untuk melongok lebih dalam, ternyata fokus utamanya bukanlah soal muda-mudi
yang dimabuk cinta. Melainkan perihal menjalani kehidupan yang pesannya
benar-benar mengena di hati. Satu pesan besar yang coba diutarakannya berbunyi,
“tidak apa-apa untuk menjadi seseorang
yang biasa-biasa saja karena kehidupan tidak harus diisi dengan pencapaian yang
serba gilang gemilang. Yang terpenting adalah kamu bahagia menjalaninya,
sehingga bisa membagi kebahagiaan tersebut pada orang lain.” An underrated gem yang saya yakini bakal
menjadi tontonan wajib menjelang Natal.
#11 Instant Family
Dibalik kemasan luar yang seolah
mengindikasikan ini sebagai tontonan keluarga yang ringan-ringan saja, ternyata
terselip life lesson berharga di
dalam Instant Family yang disampaikan
secara efektif mengenai parenting dan
makna non-konvensional dari keluarga. Instant
Family adalah feel good movie
yang kamu butuhkan untuk menjaga positivity
dalam tubuh ditengah terjangan arus kebencian, kepenatan sehari-hari, serta
berita tak menggembirakan di televisi. Kamu akan dibuatnya berkaca-kaca,
berlanjut menangis sesenggukan, sampai kemudian memutuskan untuk menghubungi
orang tua di rumah melalui ponsel demi melontarkan pertanyaan sederhana, “apa kabar? Kalian sehat?.”
#10 House of Hummingbird
House of Hummingbird memberi kita narasi pendewasaan diri dari
seorang remaja perempuan yang hanya ingin dicintai oleh orang-orang terdekatnya.
Ada kejenakaan tersemat di beberapa titik mengikuti obrolan-obrolan polosnya,
tapi kegetiran dan kepiluan yang menyesakkan dada adalah rasa yang hiasi durasi
sampai-sampai diri ini ingin sekali memberi pelukan hangat kepada si protagonis
saat film berakhir. Betapa tidak, di usianya yang masih 14 tahun, si protagonis
telah dirundung beragam problematika. Di rumah yang nihil interaksi hangat, fisiknya
kerap disakiti oleh kakak laki-lakinya yang disanjung berlebihan oleh sang
ayah. Sementara di sekolah, dia dikucilkan oleh teman sekelasnya dan dua orang
yang dianggapnya sebagai sahabat maupun kekasih pun mengkhianatinya. Nyesek nggak,
sih?
#9 Toy Story 4
Mengingat kisah Woody beserta
kawanannya sudah diakhiri dengan sangat pantas di jilid ketiga, saya sama
sekali tidak menaruh ekspektasi apapun kepada Toy Story 4 yang ternyata oh ternyata masih sanggup bersanding
dengan tegak bersama jilid-jilid terdahulu. Dongeng seputar babak hidup baru
dari kawanan mainan ini tak saja dilantunkan secara kocak dan seru yang akan
membuatmu bersemangat di sepanjang film, tetapi juga mengharu biru yang akan
membuatmu menitikkan air mata di penghujung durasi. Instalmen keempat yang
mempunyai tampilan animasi luar biasa ini (well,
Pixar tak pernah mengecewakan!) membuktikan bahwa Toy Story merupakan franchise
animasi paling dahsyat dan paling magis saat ini.
#8 Hello Love Goodbye
Hello Love Goodbye jelas bukan film percintaan biasa. Ya, kamu akan
tetap gregetan menyaksikan kisah kasih “benci jadi cinta” berkat chemistry padu antara Kathryn Bernardo
bersama Alden Richards. Tapi yang membuat film ini lebih bersinar adalah topik
pembicaraannya yang mendalam mengenai mimpi, pengorbanan, serta keluarga. Disamping
itu, si pembuat film turut sodorkan potret realistis dari kehidupan PRT asing
di Hong Kong yang sama sekali jauh dari kesan “menjanjikan”. Kamu akan
dibuatnya tertawa, kamu akan dibuatnya kesengsem dengan dua sejoli yang menjadi
sentral kisah, dan kamu akan dibuatnya menangis. Dua puluh menit terakhirnya
benar-benar mengobrak-abrik hati hamba yang sangat sensitif ini. Bahkan melihat
adegan reunian kecil-kecilan saja, saya banjirrr.
#7 The Two Popes
Dalam The Two Popes, kita melihat dua Paus berdialog mengenai banyak hal
yang lantas mengungkap bahwa mereka tak ubahnya manusia kebanyakan. Ada penyesalan,
kesepian, serta krisis spiritual. Kita pun melihat keduanya meragu karena Paus jelas
bukanlah jabatan sepele. Mengusung topik berat yang turut menyinggung skandal pelecehan
seksual dari kaum pemuka agama Katolik, film nyatanya mampu dihantarkan secara
ringan tapi tetap mengena dan bermakna. Diluar percakapan serba genting, tampak
kehangatan relasi diantara dua sosok penting ini dan tampak pula bahwa mereka
saling menghormati satu sama lain. Inilah satu film yang sebaiknya tidak kamu
lewatkan begitu saja – apapun agamamu – karena ini adalah kisah tentang
persahabatan, belas kasih, dan kemanusiaan yang membuka mata sekaligus
mendamaikan hati.
#6 Avengers: Endgame
Avengers: Endgame tetap membawa saya pada pengalaman menonton yang
mungkin saja tidak akan dijumpai dalam waktu dekat. Ada banyak gegap gempita
yang membuat saya girang bukan main bak bocah cilik yang baru saja diberi
mainan baru, ada banyak canda tawa yang membuat saya tertawa terpingkal-pingkal,
ada banyak hamparan visual mencengangkan, ada kebahagiaan karena film
memunculkan karakter-karakter favorit dalam satu titik, ada kebanggaan bisa
melihat mereka sanggup mencapai posisi ini, dan ada kesedihan karena
kemungkinan untuk tak lagi berjumpa terbuka begitu lebar. Endgame jelas merupakan persembahan yang sangat istimewa untuk para
penggemar Marvel Cinematic Universe (MCU) yang telah setia menemani selama satu
dekade terakhir. Saat film akhirnya mencapai ujung durasi, saya pun hanya bisa
berkata lirih, “thank you, Stan Lee!
Thank you, MCU!”.
#5 Keluarga Cemara
Tak terhitung berapa kali saya
menyeka air mata yang menuruni pipi, memberi pelukan erat-erat kepada diri
sendiri, sampai muncul dorongan untuk sesegera mungkin menelpon orang tua di
rumah saat menonton Keluarga Cemara yang
merupakan salah satu film Indonesia terindah yang pernah saya tonton. Deskripsi yang mungkin terdengar agak
hiperbolis, tapi sejujurnya, ini benar-benar terjadi. Ketimbang mengeksploitasi
kesedihan, film mencoba tampil berenergi dengan segala humor yang ciptakan
gelak tawa serta adanya pesan penumbuh semangat yang sekaligus berfungsi
menghilangkan stereotip terhadap kemiskinan. Pada akhirnya, bukan hanya
kontribusi para pemain yang dapat membawa emosi dalam Keluarga Cemara semenonjok ini, melainkan juga naskah bernas,
pengarahan penuh sensitivitas dari Yandy Laurens, pilihan-pilihan lagu
pengiring yang menyatu, beserta penyuntingan mengalir.
#4 The Peanut Butter Falcon
The Peanut Butter Falcon adalah film sederhana yang lebih
menekankan pada hubungan kepedulian yang terbentuk diantara para karakter kesepian alih-alih
dihamparkan sebagai sajian petualangan yang mendebarkan. Film ini bertutur
secara apa adanya dan justru disitulah yang membuat saya bisa jatuh cinta
kepadanya. Terasa jujur, nyata, sekaligus merasuk di hati. Didukung ikatan
kimia meyakinkan dari para pemainnya, saya pun menyunggingkan senyum dan meneteskan
air mata haru setiap kali tiga karakter utama berinteraksi. Saya dapat merasakan
adanya cinta kasih yang tulus diantara mereka, saya dapat merasakan bahwa
mereka saling membutuhkan, dan saya bisa mengatakan bahwa mereka adalah
definisi dari kata superhero. Mereka memang
tidak menyelamatkan dunia dari marabahaya, tetapi mereka telah menyelamatkan
diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitar dengan kekuatan yang kita sebut
cinta. Indah sekali.
#3 Parasite
Ketimbang menjejali penonton
dengan petuah-petuah atau dialog-dialog banal guna menekankan komentar si
pembuat film terhadap kesenjangan sosial yang memisahkan si miskin dengan si
kaya, Parasite justru memberi kita
rangkaian adegan menggelitik, mendebarkan, serta menyesakkan yang membuat setiap
menitnya begitu mengikat atensi sehingga terasa nikmat buat disantap. Saat film
berakhir, kita disadarkan oleh kenyataan bahwa tidak ada karakter yang
sepenuhnya putih bersih tanpa dosa di sini dan kedua belah pihak pun pada
dasarnya adalah parasit bagi pihak lain. Yang kita anggap sebagai benalu
rupanya mempunyai motif masuk akal dibalik tindakan mereka, sedangkan yang kita
anggap sebagai korban ternyata bukan pula kaum suci. Sulit juga untuk
menyalahkan masing-masing pihak karena mereka sejatinya korban kapitalisme dan
korban ekspektasi sosial yang menuntut kesempurnaan beserta pencapaian besar.
#2 The Farewell
Sebuah kisah mengenai kembali ke
kampung halaman untuk berkumpul kembali bersama keluarga memang acapkali
goreskan rasa hangat di dada. The
Farewell mengangkat narasi tak lekang zaman tersebut seraya
memperbincangkan tentang berdamai dengan kehilangan, perbedaan kultur yang
mencolok, sampai pertentangan pemikiran dari tiga generasi. Sebagai bagian dari
generasi milenial yang kebetulan tinggal di benua Asia bersama keluarga
konservatif yang menjunjung tinggi adat ketimuran, saya bisa memahami perasaan
si karakter utama yang mengalami gegar budaya. Pengalamannya serupa, tapi tak
sama. Dalam merekam perjalanan berkunjung ke rumah nenek yang kurang
mengenakkan ini, si pembuat film memilih menginjeksikan banyak sekali humor dalam
setiap momen ketimbang bermuram durja. Sebuah pendekatan yang menarik mengikuti
narasinya yang mengajak kita untuk merayakan kehidupan ketimbang meratapi kematian.
#1 Klaus
Tidak sulit untuk menyebut Klaus sebagai salah satu film terbaik
yang pernah saya tonton. Sebuah interpretasi baru atas dongeng asal mula
Sinterklas ini dihantarkan secara jenaka, seru, sekaligus menyentuh. Ditunjang oleh
goresan animasinya yang sangat cantik dimana setiap menitnya tak ubahnya
lukisan di galeri seni, lagu pengiring yang mudah nyantol di telinga, serta
pesan klasiknya yang mengena tentang menyebarkan kebaikan, semakin sulit untuk
menolak pesonanya begitu saja. Saya tidak hanya dibuat bergembira selama
menontonnya, tetapi saya juga merasakan ketenangan hati dan saya pun dibuat
terpukau oleh sisi magisnya yang menguar kuat. Dialognya yang berbunyi “we need to show people that a true selfless
act always spark another” membekas kuat, begitu pula dengan adegan
penutupnya yang memberikan definisi atas kata “indah”. Klaus yang layak mendapat predikat instant classic sebagai tontonan pemeriah Natal ini menunjukkan
bahwa film animasi 2D masih sangat layak untuk diperhitungkan.
Mantap lisnya nya min,,, separuh lebih sudah di tonton sih,,, Beberapa sih setuju meski beberapa lagi ku anggap biasa saja film nya.
ReplyDeleteWah sudah banyak juga ya yang ditonton. List kali ini emang banyakan dari film bioskop sih
Deletekirain film india Chhichhore bakal masuk list,,,, karena sempat baca ulasan kamu di twitter menanggapi positif atas film itu. 😁
DeleteDan film House of Hummingbird dan Bento Harassment gak tayang secara luas kan di bioskop ??
DeleteSayangnya Chhichhore terpaksa dipangkas di menit-menit terakhir. Dari India diwakili dua film saja :(
DeleteHouse of Hummingbird dan Bento Harassment emang nggak tayang di bioskop sih. Hanya di festival film saja.
Sehat selalu dari anxiety disordernya mas tariz
ReplyDeleteAminnnnn... Makasih banyak Moan
DeleteWowww tahun ini banyak banget film film bagus, happy banget! Ternyata kelemahan om tariz dari tahun ke tahun sama yah : film keluarga dan film ttg kebaikan 😆
ReplyDeleteSeneng juga tahun ini ada banyak film yang mulai jelasin soal mental illness. Terimakasiii om tariz 💓
Hahaha. Kelemahanku emang di dua tema itu. Makanya seneng banget tahun kemarin banyak yang bagus, tapi isi list nya jadi film keluarga semua 🙈
DeleteYes. Makin banyak film yang ngebangun kesadaran penonton ke mental illness. Bahkan Last Christmas itu saja membahasnya lho.
Seneng juga karena setiap tahun selalu ada film india dan indo yang masuk list. Sampai ketemu di jogja om tariizzz uhuu ga sabar ketemu penulis idolakuu
DeleteAkhirnya keluar juga listnya. Ditunggu tunggu lho mas... Hehehe... Aku penasaran sama Klaus. Apalagi dapet nominasi Oscar juga ya ngalahin si Frozen
ReplyDeleteKlaus buagus banget. Kejutan terbesar tahun lalu. Ceritanya sederhana tapi kena banget di hati. Indah pula gambarnya.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletePixar gak pernah mengecewakan, well menurut saya Brave cukup mengecewakan dari sisi cerita, sedangkan The Good Dinasaur mengecewakan dari sisi desain karakter dan ceritanya juga. kalk segi grafis, Pixar mah selalu memuaskan. :D
ReplyDeleteBTW, barusan nonton klaus dapet downlodan, dan liat reviewer pav sya jadiin no 1, 100% setuju sih, filmnya bagus banget, sangat manis. kombinasi animasi 3d dan 2D nya juga mantep, wajar sih ngalahin Frozen 2 di nominasi oscar, (walau agak kecewa sih, soalnya detail animasi Frozen 2 bner bener level atas)
Maksudku emang lebih ke grafisnya sih. Soal animasi, Pixar kan selalu mengagumkan. Dua film yang kamu sebutin itu, kebetulan aku nggak suka. Hahaha.
DeleteKlaus itu... Mengejutkan. Awalnya sempet skeptis karena ceritanya familiar, bahkan menit menit awal masih biasa. Tapi kok makin lama, makin cantik ya. Nggak cuma animasinya, ceritanya juga. Nonton film ini bikin hati anget banget. Damaiiiii... Pesannya soal kebaikan juga keren sekali
hahah, iya bener, pixar kayak melampaui batas batas studio besar animasi lain, selalu berkembang tiap film yg dikeluarin. bener banget, the good dinoasur sih yg paleng ampas menurut sya ceritanya, terlalu bocah
Deletekalo sya awalnya emang gkntau filmnya nyeritain apa, karna download cma gara gara masuk nominasi oscar aja, pas serching dikit oh kayak the grinch taun lalu tentang natal. tapi akhirnya,, no no no, kualitas klaus jauh diatas film itu.
Mantap listnya mas!!! Banyak yg saya suka dari film favoritnya mas, tapi ada juga yg biasa aja menurut saya.... Tapi kan terserah masnya hehe.... Film favorit saya tahun ini yg gak masuk list sampeyan: Villains, Little Monsters, Dua Garis Biru, Rust Creek, Pajaros De Verano, Shadow. Sukses terus mas!
ReplyDeleteCinetariz adalah rujukan saya dalam memilih tontonan. Tak terhitung saya menangis berkali-kali atas rekomendasi film yang menguras air mata. Terimakasih banyak cinetariz
ReplyDeleteRaih Kemenangan Besar Anda Disitus MARIO QQ, Hanya Dengan Modal Rp.10.000 Anda Bisa Menangkan Jackpot Jutaan Rupiah Setiap Harinya !!!
ReplyDelete✅ BONUS TURN OVER 0.3%
✅ BONUS REFFERAL 15%
✅ WIN RATE GAME 96,9%
✅ 100% PLAYER Vs PLAYER ( NO ROBOT & ADMIN )
✅ Minimal Deposit Bank : Rp.10.000 (BCA MANDIRI BNI BRI DANAMON)
✅ Minimal Deposit Pulsa : Rp.10.000
✅ Support E-Cash : GOPAY , DANA , OVO , LINK
Berapapun Kemenangan Bosku Pasti Akan Kami Bayar dan Kita Proses Dengan Cepat !!!
Hanya Disitus MARIO QQ Yang Memberikan JACKPOT dan BONUS TURN OVER Yang FANTASTIS Loh !!! Ayo Tunggu Apalagi Buruan Daftarkan dan Mainkan
Langsung Disitus Resmi MARIO QQ Dibawah Ini melalui :
WHATSAPP +62 821-4331-1663
Link Alternatif :
- www.vipmario55. com
- www.vipmario55. info
situs online terpercaya
ReplyDeletesitus slot
situs slot bonus new member
situs slot terpercaya
situs terpercaya