July 23, 2012

REVIEW : THE DARK KNIGHT RISES


"When Gotham is ashes, you have my permission to die." - Bane 

Setelah The Dark Knight yang hadir dengan sangat menawan empat tahun silam, serta mengumpulkan Dollar secara gila-gilaan, maka beban di pundak Nolan teramat sangat besar. Bagaimana caranya mengakhiri trilogi ini dengan spektakuler terutama setelah bagian keduanya langsung memuncak? Dari apa yang terjadi kepada sejumlah film superhero adaptasi komik yang melejit di bagian kedua, jilid ketiganya nyaris tak bisa berbuat apapun lantaran segalanya sudah terlanjur mengagumkan di film keduanya. Hal yang sama bisa saja terjadi pada trilogi Ksatria Hitam ini. Terlebih, hype yang diciptakannya begitu besar, menggema dimana-mana, melebihi film apapun yang dirilis di tahun 2012 ini. Harapan masyarakat, khususnya para ‘hardcore fans’ komik Batman dan Nolan, pun teramat besar. Apakah The Dark Knight Rises mampu menjadi sebuah konklusi yang sempurna dari Batman Nolan? Bagi saya, ya, film ini adalah sebuah hidangan penutup yang manis dan memuaskan. Tidak semenggelegar dan segegap gempita seperti yang saya harapkan, namun tetap saja ini adalah sebuah film yang tidak seharusnya Anda lewatkan apalagi jika Anda mengaku sebagai pemuja Batman dan Christopher Nolan. 

Anda tidak perlu merasa khawatir dengan resensi yang saya tulis ini apabila belum menyaksikan The Dark Knight Rises di layar lebar. Saya tidak sesadis Joker yang menebar ranjau disana sini. Sebisa mungkin, resensi ini menghindari spoiler. Twist adalah bagian terpenting dari jilid akhir sepak terjang Sang Ksatria Hitam milik Christopher Nolan ini. Akan tetapi jika Anda merasa bahwa apa yang akan saya beberkan disini berpotensi merusak kenikmatan Anda dalam menonton, maka sebaiknya Anda pendam saja hasrat untuk membaca hingga usai menikmati hidangan penutup dari Paman Nolan. The Dark Knight Rises bersetting delapan tahun setelah sejumlah peristiwa dalam The Dark Knight terjadi. Film dibuka dengan Komisaris James Gordon (Gary Oldman) yang memberikan penghormatan terakhir untuk Harvey Dent yang telah dianggap sebagai seorang pahlawan bagi masyarakat Gotham City. Pada awalnya, Gordon berniat untuk mengungkap kedok Dent dalam pidatonya ini. Akan tetapi, dia mengurungkan niatnya dengan pertimbangan masyarakat belum siap untuk mendapatkan sebuah kenyataan pahit. Dengan terpaksa, dia menciptakan sebuah kebohongan. Batman (Christian Bale) dijadikan sebagai kambing hitam atas kematian Dent. Nyaris semua lapisan masyarakat memercayai hal ini. Batman menjadi buronan. Sosok di balik kostum kelelawar tersebut, Bruce Wayne, menghilang dari peredaran. Dia asyik mendekam dalam rumah mewahnya. 

Dengan absennya si manusia kelelawar, para pelaku tindak kriminal melihat ini sebagai sebuah kesempatan emas untuk menguasai Gotham City. Bane (Tom Hardy), yang bentuk topengnya membuat dia terlihat bagaikan Hannibal Lecter versi kekar, menjaring pasukan untuk memporak-porandakan Gotham. Hanya dengan sedikit sentuhan saja, Bane sanggup menyingkirkan semua aparat keamanan, menghancurkan pasar saham dan sebuah lapangan futbol. Keadaan menjadi kian memanas saat Bane membocorkan rahasia seputar Dent yang selama ini ditutup rapat oleh Gordon. Masyarakat merasa ditipu. Revolusi kaum anarki pun dimulai. Gotham lumpuh. Di saat seperti inilah, Batman dibutuhkan. Sang Ksatria Hitam harus bangkit untuk menyelamatkan kota tercinta yang berada di ambang kehancuran. Seperti itulah garis besar dari The Dark Knight Rises. Masih banyak yang belum saya paparkan disini. Anda harus mencari tahu sendiri. Naskah yang dikerjakan oleh The Nolans padat berisi. Beberapa pertanyaan yang selama ini mengemuka terjawab dengan cukup memuaskan disini. Durasi yang terbilang panjang sama sekali tidak terasa melelahkan lantaran kelihaian The Nolans dalam mengolah cerita, ketepatan dalam menempatkan sejumlah konflik hingga pembongkaran dalam konklusi yang epik. Selapis demi selapis apa yang penonton ingin ketahui terkuak. Dengan cara seperti ini, rasa ingin tahu penonton berhasil terbangun. Akan tetapi, ada konsekuensi yang harus diterima oleh Nolan akibat ambisi besarnya demi mencapai sebuah penutup yang megah. Hampir mustahil menjejalkan seabrek subplot dan karakter dalam durasi yang serba terbatas. Beberapa karakter dan plot menjadi kurang fokus, tergarap kurang maksimal, dan cenderung terbengkalai. Lihat saja bagaimana nasib Miranda Tate (Marion Cotillard), miliarder yang dipercaya oleh Bruce Wayne untuk menyelamatkan Wayne Enterprises dari keterpurukan, serta Peter Foley (Matthew Modine). Mempunyai peran besar dalam film, namun tersia-siakan. 

Film dimulai dengan perlahan dan suram, setidaknya dalam 30 menit pertama. Setelah sebuah adegan pembuka yang memacu adrenalin, Nolan mulai menurunkan tensi. Paruh awal ini bisa jadi agak sedikit membosankan bagi sebagian orang, namun saya cukup menikmatinya. Arus yang mengalir tenang membuat saya berkesempatan untuk mengenal lebih jauh Bruce Wayne serta para tokoh baru yang jumlahnya tidak bisa dikatakan sedikit. Sesekali humor khas Alfred Pennyworth (Michael Caine) berhasil melumerkan suasana yang seringkali sendu dan depresif. Sejumlah tokoh baru yang hadir disini antara lain Selina Kyle (Anne Hathaway), Miranda Tate, dan John Blake (Joseph Gordon-Levitt). Anda tentu sudah mengenal Selina Kyle. Dia adalah Catwoman. Tidak seperti versi Michelle Pfeiffer dalam Batman Returns yang cenderung genit, seksi, dan menggoda – namun sangat sempurna hingga sulit untuk ditandingi siapapun – maka Hathaway lebih menonjolkan sisi smart dan humoris dari sosok ini – sebagai catatan, nama Catwoman sama sekali tidak disebutkan disini. Dengan cara yang berbeda dari Pfeiffer, Hathaway mampu menghidupkan karakter ini dengan cemerlang. Sementara Marion Cotillard, seperti biasa, sama sekali tidak mengecewakan. Walaupun porsi tokoh yang dimainkannya serba tanggung, Cotillard tetap berhasil menyihir saya dengan gaya bicaranya yang... ah, menggoda. Joseph Gordon-Levitt, tetaplah seorang Joseph Gordon-Levitt. Sejak pertama kali mencuat lewat (500) Days of Summer hingga sekarang, tidak ada perubahan yang menonjol darinya. Penampilan yang sama dan gaya yang sama. Sulit untuk memandangnya sebagai seorang John Blake. 

Dari deretan cast, selain Hathaway, saya berhasil dibuat terpesona oleh penampilan Michael Caine dan Tom Hardy yang sungguh luar biasa. Setiap momen bersama Caine terasa istimewa. Untunglah, untuk sekali ini, Alfred mendapatkan jatah tampil yang memadai sehingga memungkinkan bagi Caine untuk memperlihatkan kemampuan akting kelas wahidnya dengan tampilan emosi yang begitu kuat. Simak adegan ketika Alfred menceritakan isi surat Rachel Dawes yang sesungguhnya kepada Bruce. Sulit untuk tidak meneteskan air mata melihat ekspresi penyesalan yang teramat tulus dari Alfred karena harus menyembunyikan kenyataan dari orang yang sangat disayanginya. Saya berhasil merasakan rasa sakitnya. Namun, tentu saja, Tom Hardy akan menjadi yang paling banyak dibicarakan mengingat posisinya sebagai musuh utama dari Batman. Bayang-bayang Heath Ledger yang memberikan sebuah penampilan yang sulit untuk ditandingi di film sebelumnya masih juga belum redup. Tom Hardy yang membawakan peran Bane dengan apik – gestur tubuhnya meyakinkan – menjadi ‘korbannya’ sekalipun Joker dan Bane mempunyai penokohan yang berbeda. Teror yang ditebar oleh Joker terasa lebih mengerikan ketimbang aksi brutal yang dirancang oleh Bane. 

Setelah berjalan dengan lambat dan suram pada paruh awal, The Dark Knight Rises perlahan tapi pasti kembali meningkatkan tensinya hingga menuju ke sebuah penutup yang megah, seru, dan mengharukan. Terima kasih banyak kepada Hans Zimmer yang telah melengkapi jilid ini dengan musik skor gubahannya yang luar biasa sehingga setiap adegan dalam film ini menjadi kian bertenaga dan lezat untuk dinikmati. Christopher Nolan berhutang banyak kepada Hans Zimmer. Dan bagi Anda yang mengharapkan adegan aksi yang jor-joran dengan efek khusus yang mencengangkan, jangan keburu kecewa. Walaupun Anda tidak akan menemukannya disini, namun Anda akan tetap menemui serangkaian adegan aksi yang intens. Sebagai sebuah penutup, The Dark Knight Rises memang tidak mengecewakan, sama sekali tidak mengecewakan malah. Nolan memberikan hampir semua yang diinginkan oleh fans Batman dan film-filmnya. Seri penutup dari trilogi Sang Ksatria Hitam ini dibuat dengan lebih ambisius, lebih megah, lebih dalam, lebih suram, lebih rumit, dan lebih seru dari sebelumnya. Walaupun bagi saya Batman Begins dan The Dark Knight masih lebih unggul, khususnya dalam hal penceritaan, The Dark Knight Rises tetaplah sebuah konklusi epik dari Batman Nolan yang akan teramat sayang jika dilewatkan begitu saja.

Exceeds Expectations



7 comments:

  1. "Dan bagi Anda yang mengharapkan adegan aksi yang jor-joran dengan efek khusus yang mencengangkan, jangan keburu kecewa. Walaupun Anda tidak akan menemukannya disini, namun Anda akan tetap menemui serangkaian adegan aksi yang intens."

    Hmmmm, boleh nich... moga bisa bikin gw "jaw-dropping" untuk ukuran Batman... Hehe...

    ReplyDelete
  2. this is a great movie but a bit too long for my taste.

    ReplyDelete
  3. Batman Begins dan The Dark Knight masih lebih bagus dari film ini. Feel-nya lebih dapet. Kalau The Dark Knight Rises, entahlah, tidak sefantastis seperti yang orang-orang bilang. Masih tetap bagus sih, cuma tidak spektakuler. Sorry.

    ReplyDelete
  4. mnrt saya The Dark Knight Rises adalah konklusi epik untuk sebuah trilogi Batman versi Nolan.

    Dia membuat Trilogi bukan tanpa tujuan dan pondasi fundamental yang kuat.

    Bila Anda perhatikan, ada tema besar dari Batman Begins, The Dark Knight dan The Dark Knight Rises.

    Batman Begins was about fear..The Dark Knight was about chaos..The Dark Knight Rises was about how the fear create the Chaos and how the RESPONSIBILITY needed to solve all problems.. Ya TDKR ttg responsibility ttg tanggung jawab.,

    Dan lagian, TDKR adalah film Batman versi Nolan yang paling setia dengan komik..

    ada banyak eleman komik2 Batman di sini..

    ReplyDelete
  5. Berhubung belum pernah baca komiknya, jadi ga bisa ngebandingin... tapi menurut gue, Batman TDKR agak terlalu lama bangun cerita di awal film.. ada kali 30 menit pertama jalannya film lambat banget, menurut gue.. untung secara audio visual film ini keren banget.. jadi ya ketolong...

    Anyway, hari ini gue akan nonton TDKR lagi, hehehe.. And you know what, Riz? Gue dapet tiket gratisan dari Raditherapy! hehehehe ceritanya menang #TDKRgratisan *cihuy*

    Semoga suatu saat nanti gue bisa nonton bareng n diskusi film bareng lo ya :D

    ReplyDelete
  6. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  7. Bener banget. Bane emang tidak segila Joker. Tapi ini film tetap keren! Sebuah perpisahan yang manis dari Nolan untuk Batman.

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch