Entah apa yang terjadi dengan Nicolas Cage hingga dirinya terjebak dalam film - film berkualitas mengecewakan dalam beberapa tahun terakhir. Memang tak semua filmnya buruk karena masih ada yang bisa dikategorikan layak tonton macam Knowing, Kick Ass dan Bad Lieutenant : Port of Call New Orleans. Namun jumlah filmnya yang kacau balau berkali kali lipat lebih banyak dan bahkan untuk tahun ini saja, dia sudah memulainya lewat Season of the Witch. Seakan belum cukup, dia kembali mengulanginya dalam Drive Angry. Kepercayaan saya terhadap Nicolas Cage pun perlahan - lahan mulai hilang. Yang menyedihkan, saking seringnya Cage bermain di film dengan kualitas semenjana, banyak orang mengira bahwa dirinya tidak memiliki film yang bagus. Padahal selama dia mendapatkan naskah yang tepat dan brilian, Cage pun bisa bermain apik di film yang dibintanginya.
Ditangani oleh sutradara yang catatan rekornya tak meyakinkan, Patrick Lussier, dan hasil box office di Amerika Utara yang rusak parah, firasat saya akan Drive Angry sama sekali tak bagus. Tak ada satupun film buatan Lussier yang bisa saya nikmati. Kembali berkolaborasi dengan Todd Farmer setelah sebelumnya menciptakan remake My Bloody Valentine yang sangat mengecewakan itu, saya sama sekali tak menaruh harapan lebih kepada Drive Angry. Lussier menciptakan Drive Angry layaknya film kelas B dengan tambahan embel - embel 3D agar terkesan lebih menjual. Tidak ada yang salah dengan film kelas B karena jika ditangani dengan tepat bisa menjadi tontonan yang menyenangkan. Coba saja cicipi karya Robert Rodriguez dan sutradara favorit saya, Quentin Tarantino. Drive Angry mencoba keras untuk menjadi tontonan yang mengasyikkan dengan begitu dermawannya menggelontorkan sejumlah kekerasan brutal dan ketelanjangan. Tapi apakah itu berhasil ? Bagi saya, cukup berhasil di bagian awal, namun setelah berulang kali diulang malah menjadikannya sebagai boomerang.
Nicolas Cage adalah John Milton, penghuni neraka yang kabur ke bumi demi menyelamatkan sang cucu yang diculik oleh sebuah kelompok pemuja setan. Dalam perjalanannya memburu kelompok ini, dia ditemani oleh seorang gadis cantik nan seksi dari film All the Boys Love Mandy Lane, Amber Heard. Formula yang sangat mudah ditebak dan untungnya kehadiran Heard atau Piper disini sama sekali tak mengganggu, malahan berhasil membuat mata saya terus tetap melek hingga akhir film walau sebenarnya sudah sangat menderita dan ingin film ini cepat selesai. Perburuan juga diperumit dengan kehadiran The Accountant, diperankan dengan cukup baik oleh William Fichtner, yang bertugas untuk menyeret Milton kembali ke neraka. Meski ditampilkan sebagai karakter abu - abu yang menyebalkan, kehadiran The Accountant sepertinya dimanfaatkan oleh Lussier untuk memancing tawa penonton dengan perilakunya yang susah ditebak. Sesekali humor yang ditawarkan cukup efektif, tapi semakin ke belakang saat kekerasan dijadikan sebagai bahan guyonan, segalanya menjadi tak lucu lagi.
Naskah Drive Angry memang tak bisa diandalkan mengingat begitu dangkalnya plot dan dialog - dialog menggelikan bertebaran di sepanjang film. Special effects-nya bolehlah walaupun tak terlampau istimewa. Untuk pemakaian 3D sendiri terkesan dipaksakan karena tanpa ini pun Drive Angry tak akan terasa berbeda. Menyebalkan rasanya memakai kacamata 3D yang mengganggu untuk menonton sebuah film berdurasi 100 menit yang tak kalah mengganggunya. Jelas sekali 3D, kebrutalan, ketelanjangan dan Nicolas Cage yang menjadi jualan utama film ini karena selain itu tak ada yang bisa dibanggakan dari Drive Angry. Perasaan tersiksa sepanjang film dengan menyaksikan sejumlah adegan aksi yang membosankan semakin ditambah melihat bagaimana LSF memotong film ini dengan kasar. Jika kalian memang menggemari tontonan aksi tanpa otak yang menjual kekerasan dan boobs mungkin akan sangat menikmati Drive Angry, tapi jika tidak mending pilih film lain saja daripada menyesal telah membuang - buang uang dan waktu untuk tontonan dangkal macam ini.
Poor
Trailer :
No comments:
Post a Comment